Musim Kemarau Berkepanjangan, Produksi Minyak Sawit Tahun Lalu Naik 9%
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut produksi minyak kelapa sawit sepanjang 2019 mencapai 51,8 juta ton. Realisasi produksi tahun lalu meningkat 9% dibanding 2018 yang hanya mencapai 47,3 juta ton.
Padahal Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan produksi sempat terkendala musim kemarau yang berkepanjangan dan kebakaran hutan. "Konsumsi domestik juga naik 24% menjadi 16,7 juta ton," kata Joko saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (3/2).
Biarpun begitu, nilai ekspor produk minyak sawit secara keseluruhan dan biodiesel hanya sebesar US$ 19 miliar. Nilai ekspor 2019 lebih rendah 17% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 23 miliar.
Pasalnya, industri sawit Indonesia sepanjang 2019 memiliki banyak tantangan seperti diskriminasi sawit oleh Uni Eropa melalui regulasi Renewable Energi Directive II (RED II) dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kenaikan harga yang melonjak di atas US$ 800 per ton CIF Rotterdam dan penyamaan tarif impor minyak sawit Indonesia di India sedikit membantu para pengusaha kelapa sawit.
"Situasi finansial yang baik harus dimanfaatkan oleh perkebunan untuk membiayai pemulihan tanaman dan infrastruktur yang tertinggal saat harga rendah," kata dia.
(Baca: Pengusaha Nilai Brexit Tak Berdampak Besar ke Ekspor Minyak Sawit RI)
Adapun negara-negara tujuan ekspor terbesar yakni Tiongkok 6 juta ton, India 4,8 juta ton, Uni Eropa 4,6 juta ton. Selain itu, produk biodiesel ekspor terbesar ke Tiongkok 825 ribu ton dan Uni Eropa 513 ribu ton.
Tren positif juga ditunjukkan oleh negara-negara di kawasan Afrika. "Ekspor minyak sawit ke Afrika tumbuh 11% pada 2019 dari 2,6 juta ton menjadi 2,9 juta ton," kata dia.
Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar. Dengan produksi sebesar 51,8 juta ton pada 2019 hasil tersebut melampaui prediksi United States Departement of Agriculture (USDA) yang memperkirakan produksi CPO Indonesia mencapai 41,5 juta ton pada 2018 dan meningkat menjadi 43 juta ton pada 2019.
Peningkatan produksi tersebut seiring bertambah luasnya lahan perkebunan sawit di tanah air menjadi sekitar 14 juta ha pada 2018 (angka sementara). Namun, peningkatan lahan tersebut diikuti pula penggundulan hutan serta sering terjadinya kebakaran hutan di sekitar perkebunan sawit.
Menurut data USDA konsumsi minyak sawit domestik pada 2019 diperkirakan mencapai 12,75 juta ton atau sekitar 17% dari total konsumsi dunia yang mencapai 74,48 juta ton. Jumlah tersebut meningkat sekitar 1% dibanding tahun sebelumnya sebesar 12,63 juta ton. Meningkatnya konsumsi minyak goreng dari masyarakat serta mandatori B20 (bahan bakar diesel dengan kandungan minyak sawit sebesar 20%) mendorong peningkatan konsumsi CPO nasional.
Sedangkan negara dengan konsumsi minyak sawit terbesar kedua adalah India, yakni mencapai 10,19 juta ton atau 13,68% dari total konsumsi dunia. Sebagai informasi, India juga merupakan negara dengan impor minyak sawit terbesar dunia yang diperkirakan mencapai 10 juta ton pada tahun ini. Kemudian, negara dengan impor minyak sawit terbesar ketiga adalah Tiongkok sebesar 7,22 juta ton atau sekitar 9,7% dari konsumsi dunia.
(Baca: Gapki: Ekspor Minyak Sawit ke Tiongkok Bisa Turun Karena Virus Corona)