Trump: Tiongkok Sangat Ingin Kesepakatan Dagang, AS yang Putuskan
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut, kesepakatan dagang dengan Tiongkok dapat segera terealisasi. Namun, kesepakatan hanya akan diterima jika menguntungkan bagi AS.
"Mereka (Tiongkok) sangat ingin membuat kesepakatan, tapi AS yang akan menentukan apakah akan membuat kesepakatan atau tidak," ujar Trump dalam pidato di The Economic Club of New York, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (13/11).
Trump mengatakan, kesepakatan dagang AS dan Tiongkok sudah dekat, tetapi tak menjelaskan lebih detail. Ia justru menyatakan siap menaikkan tarif pada barang-barang Tiongkok yang dinilai sangat penting, jika kesepakatan dengan AS tak tercapai.
Penasihat Gedung Putih Larry Kudlow sebelumnya menjelaskan kepada CNBC, kesepakatan dagang antara kedua negara dapat mencakup penyesuaian tarif yang dinaikkan oleh kedua negara selama perang dagang. Namun, kedua pihak setuju akan melakukan hal tersebut setelah seluruh kesepakatan tercapai.
(Baca: Trump Bakal Kembali Tunda Pengenaan Tarif Impor Otomotif Eropa)
Dalam pidato yang sama, Trump juga kembali menyalahkan Bank Sentral AS, The Federal Reserve yang membuat bunga AS lebih tinggi dibanding banyak negara lain. Ia menilai The Fed seharusnya memberikan bunga negatif.
Trump telah berulang kali mencerca The Fed karena tidak menurunkan suku bunga lebih banyak lagi. Ia juga menekankan, ada ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut.
The Fed telah menurunkan suku bunga acuan tiga kali sejak Juli setelah sebelumnya menaikkan sembilan kali sejak 2015.
“Ingat, AS secara aktif bersaing dengan negara-negara yang memangkas suku bunga hingga negatif," kata Trump.
Di sisi lain, Trump menggembar-gemborkan kebijakan pemotongan pajak yang disahkan oleh Partai Republik pada 2017 dan mengatakan mereka telah menciptakan ledakan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
(Baca: Trump Sebut Tiongkok Lebih Butuh Kesepakatan Dagang Dibandingkan AS)
Seperti yang sering dilakukannya, ia menjadikan kenaikan pasar saham sebagai validasi kebijakan ekonomi dan perdagangannya.
S&P naik lebih dari 36% sejak Trump menjabat, tetapi dua pertiga dari kenaikan itu terjadi pada tahun pertamanya dan sebelum mulai mengenakan tarif kepada Tiongkok. Pasar saham bergejolak sejak perang dagang dimulai pada 2018, tetapi ketiga indeks utama AS sempat mencapai rekor tertinggi pekan lalu.
Tadi malam, saham-saham utama Wall Street ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones stagnan, S&P 500 naik 0,16 persen dan Nasdaq Composite naik 0,26%.
Sebelumnya, Trump menyebut perang dagang lebih banyak melukai ekonomi Tiongkok. Namun, data menunjukkan ekonomi AS juga melambat pada kuartal II 2019 akibat perang dagang, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.