Inflasi dan Rupiah Stabil, BI Diprediksi Pangkas Lagi Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Kamis (19/9) akan mengumumkan arah kebijakan moneter ke depan. Salah satu kebijakan yang akan diputuskan BI hari ini yakni kebijakan suku bunga acuan atau BI-7 days repo rate (BI7RR).
Pengumuman ini merupakan hasil keputusan dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang telah berlangsung sejak kemarin, Rabu (18/9). Sejumlah ekonom pun optimis pada siang ini BI akan kembali memangkas suku bunga acuannya.
Salah satunya yakni Ekonom Permata Bank Josua Pardede. Ia memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25%. "Pemangkasan mempertimbangkan kestabilan harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta perkembangan nilai tukar rupiah," ucap Josua.
Menurut ia, laju inflasi cenderung stabil di tengah ekspektasi yang cenderung terjangkar dalam target sasaran BI. Adapun target inflasi BI berada di kisaran 3,5±1% hingga akhir tahun ini.
(Baca: Fed Pangkas Suku Bunga, Rupiah Menguat 0,15% ke Rp 14.078 per Dolar)
Nilai tukar rupiah cenderung stabil dalam sebulan terakhir, dengan turunnyavolatilitas rupiah secara rata-rata. Penurunan terindikasi dari one-month implied volatility yang turun menjadi 6,4% saat dari rata-rata Agustus yang tercatat sekitar 7,6%. "Rupiah secara rata-rata menguat sekitar 1% ke level Rp 14.100 per dolar AS sepanjang bulan September ini," kata Josua.
Terkendalinya laju inflasi serta stabilnya nilai tukar rupiah juga ditopang oleh ekspektasi penurunan defisit transaksi berjalan. Hal ini ia sebutkan sejalan dengan membaiknya neraca perdagangan sepanjang kuartal III-2019 tahun ini.
Perbaikan defisit transaksi berjalan didorong oleh penurunan laju impor yang lebih besar dibandingkan penurunan laju ekspor. Namun demikian, penurunan laju impor tersebut mengindikasikan bahwa realisasi investasi cenderung stagnan, terutama di tengah tren perlambatan ekonomi global yang mempengaruhi pertumbuhan permintaan domestik.
Mempertimbangkan tingkat inflasi yang terkendali, stabilnya nilai tukar rupiah, dan perbaikan defisit transaksi berjalan, maka ruang pelonggaran kebijakan moneter menjadi terbuka.
(Baca: Antisipasi Resesi Ekonomi Global, The Fed Pangkas Suku Bunga 25 Bps)
Momentum pelonggaran kebijakan moneter dengan penurunan suku bunga acuan juga disaat bersamaan dapat mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Apalagi di tengah tren perlambatan ekonomi global, serta ancaman resesi dari beberapa negara maju dan berkembang.
Hal senada turut dilontarkan Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan. "Seyogyanya penurunan suku bunga BI sebesar 25 bps kemungkinan besar bisa terjadi hari ini," kata Nafan kepada Katadata.co.id saat dihubungi di waktu yang berbeda.
Nafan menilai, penurunan ini dipengaruhi salah satunya oleh pergerakan rupiah yang masih stabil. Selain itu, cadangan devisa yang mulai bertambah turut menguatkan optimisme penurunan suku bunga acuan BI.
Di sisi lain, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga baru saja menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 1,75% - 2%. Namun dirinya mengingatkan agar kita tetap waspada dalam memantau perkembangan geopolitik.
(Baca: BI Diramal Tahan Bunga Acuan Demi Jaga Rupiah)
Tak berhenti sampai disitu, Wakil Direktur Institute of Development for Economics and Finance (INDEF) Eko Listyanto turut memprediksikan ada ruang penurunan suku bunga acuan BI sebesar 0,25% kali ini. "Meskipun inflasi sedikit naik menjadi 3,49% secara tahunan dan nilai tukar cenderung stabil jika dibandingkan awal bulan September," ujar Eko.
Ia melanjutkan, faktor lain yang menguatkan ruuang penurunan yakni cadangan devisa yang cukup besar. Serta, spread inflasi terhadap bunga acuan 7DRR sekitar 2%.