Ada Aksi Ambil Untung di Pasar Obligasi, Kurs Rupiah Melemah ke 14.300
Nilai tukar rupiah kembali menyentuh kisaran Rp 14.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Ekonom PT Maybank Indonesia Tbk Myrdal Gunarto mengatakan, pelemahan ini terjadi lantaran banyak investor yang mengambil untung.
"Rupiah melemah karena banyak profit taking di pasar obligasi pada bulan lalu," kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (8/5).
Menurut dia, investor mengambil untung di tengah momentum wait and see hingga ada hasil resmi Pemilu dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei 2019. Selain faktor domestik, pelemahan rupiah juga disebabkan memanasnya perang dagang antara AS dan Tiongkok.
Karena itu, ia memperkirakan rupiah diperkirakan masih bergerak fluktuatif di kisaran 14.150-14.350. Namun, Myrdal menilai imbal hasil investasi obligasi Indonesia masih menarik di pasar global. "Jadi kita bisa berharap masih ada inflow di pasar keuangan," ujarnya.
(Baca: Dibayangi Ancaman Tarif, Negosiator Tiongkok Berkukuh Kunjungi AS)
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah juga menilai pelemahan rupiah disebabkan oleh perang dagang AS dan Tiongkok. "Pelemahan terjadi di hampir semua negara berkembang, khususnya yang mengalami defisit transaksi berjalan," ujarnya.
Seiring dengan pelemahan rupiah, aksi jual saham (net sell) dalam sepekan mencapai Rp 1,68 triliun berdasarkan data RTI.
Mengacu pada Bloomberg, rupiah di pasar spot pada siang ini berada di posisi 14.300 per dolar AS atau melemah 0,14% dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya. Pelemahan rupiah juga diikuti oleh mata uang Asia lainnya.
Pelemahan terdalam terjadi pada peso Filipina dan rupee India, yaitu masing-masing sebesar 0,24%. Kemudian, depresiasi nilai tukar diikuti oleh won Korea yang melemah 0,23%. Kemudian, dolar Taiwan tercatat melemah 0,06%.
Sementara, sebagian mata uang Asia lainnya mengalami penguatan di hadapan dolar AS. Baht Thailand mengalami penguatan 0,40% terhadap dolar AS. Kemudian, yuan Tiongkok dan ringgit Malaysia masing-masing menguat 0,07% dan 0,02%.
(Baca: Perang Dagang Amerika-Tiongkok Picu Harga Minyak Mentah Dunia Turun)