Dibayangi Ancaman Tarif, Negosiator Tiongkok Berkukuh Kunjungi AS
Negosiator dagang Tiongkok yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He bakal bertolak Kamis pekan ini ke Washington DC , Amerika Serikat, untuk melanjutkan pembahasan negosiasi dagang kedua negara. Langkah itu dilakukan di tengah potensi kembali mencuatnya perang dagang pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan ancaman menaikkan tarif impor atas produk Tiongkok.
Dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (7/5), Liu He akan datang ke AS atas undangan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Sebelumnya sempat beredar kabar Tiongkok bakal menunda kunjungan ini setelah Trump kembali mengumbar pernyataan kontroversial terkait pengenaan tarif.
(Baca: Diancam Trump Naikkan Bea Impor, Tiongkok Kaji Batalkan Negosiasi)
Pada Minggu kemarin, dalam akun twitternya, Trump menulis pengumuman mengejutkan perihal rencananya menaikkan tarif US$ 200 miliar atau sekitar Rp 2.800 triliun atas barang-barang Tiongkok menjadi 25% dari 10%. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif impor baru dalam waktu dekat senilai US$ 325 miliar dari yang saat ini belum tercakup. Langkah tersebut diprediksi akan memukul hampir semua impor dari negara Asia.
"Fakta bahwa Tiongkok mengirim delegasi ke AS menunjukkan pihaknya masih bersedia untuk menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi terlepas dari apa yang AS katakan," kata Lu Xiang, Ahli Hubungan Bilateral dari Akademi Ilmu Sosial Tiongkok milik pemerintah Beijing.
Namun, jika Trump melanjutkan ancaman tarif pada Jumat ini, maka negosiasi yang dilakukan keduanya berakhir berantakan. "Maka kita perlu bersiap untuk yang lebih buruk daripada yang terburuk,” ujarnya.
Administrasi Trump berencana untuk meningkatkan bea impor Tiongkok pada pukul 12:01 siang pada 10 Mei mendatang. Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan, pihaknya berada di jalur yang benar untuk mencapai suatu tujuan. "Minggu lalu kita telah melihat erosi komitmen Tiongkok. Itu dalam pandangan kami tidak dapat diterima,” katanya.
(Baca: Perang Dagang AS-Tiongkok Panas Lagi, Rupiah Melemah ke 14.300 per US$)
Dia juga menambahkan beberapa persoalan signifikan dalam negosiasi tersebut tetap tidak terselesaikan, termasuk apakah tarif akan tetap berlaku. Negosiasi dagang yang berlangsung selama berbulan-bulan itu berubah beberapa pekan lalu, ketika Tiongkok mengirimkan draft baru yang isinya mereka menarik kembali sejumlah persoalan.
Hal itu dinilai berpotensi mengubah kesepakatan secara signifikan. Padahal, menurut AS, pada tahap itu sekitar 90% dari pakta perjanjian telah diselesaikan. Namun Tiongkok ingin membuka kembali wilayah-wilayah yang telah dinegosiasikan. "Kami tidak mau kembali pada dokumen yang telah dinegosiasikan di masa lalu," kata Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.