Rupiah Diprediksi Masih Lemah hingga Pengumuman Data Ekonomi

Rizky Alika
30 April 2018, 15:58
Gedung pertumbuhan
Arief Kamaludin|KATADATA

Pelemahan rupiah masih berlanjut sejak kejatuhannya pada Jumat (20/4), lalu menembus 13.900 per dolar Amerika Serikat. Menurut ekonom dari Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, rupiah akan berada pada level 13.900-14.200 per dolar pada pekan pertama hingga kedua Mei nanti.

Kemungkinannya, investor masih menanti hasil pertumbuhan ekonomi triwulan pertama yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), 7 Mei 2018. “Investor, khususnya asing, merombak portofolio dengan melanjutkan penjualan bersih saham. Sentimen positif dari dalam negeri juga masih samar,” kata Bhima kepada Katadata.co.id, Senin (30/4). (Baca: Jokowi Sebut Pelemahan Nilai Tukar Fenomena di Hampir Semua Negara).

Jika pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2018 hanya 5 persen, menurut dia, investor akan keluar dari pasar. Pertumbuhan kuartal pertama akan menjadi patokan untuk mengetahui laju konsumsi rumah tangga, investasi, hingga ekspor. Jika di bawah ekspektasi, pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan sulit mencapai 5,4 persen.

Sementara dari eksternal, bank sentral Amerika, The Fed, diperkirakan belum menaikkan suku bunga pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) ‪1 – 2 Mei 2018. The Fed diprediksi menjaga bunga acuannya di level 1,5 – 1,75 persen. Hasil rapat FOMC ini juga akan jadi patokan bagi investor untuk menebak arah kebijakan pengetatan moneter berikutnya.

Bank sentral Amerika diperkirakan baru menaikan bunga acuan pada rapat FOMC ‪12 – 13 Juni dan ‪25 – 26 September. Prediksi kenaikan Fed Rate Fund ini yang sempat membuat imbal hasil (yield) US Treasury atau surat berharga Amerika 10 tahun bergerak di 3,03 persen, tertinggi sejak 2014.

Kenaikan yield dan suku bunga The Fed terdorong oleh meningkatnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi Negeri Paman Sam seiring berbagai data ekonomi di sana yang terus membaik. Juga, tensi perang dagang Amerika dan Tiongkok meningkat.

Adapun data tenaga kerja Amerika sudah full employment dengan tingkat pengangguran di 4,1 persen. Kemudian, pertumbuhan ekonomi Amerika di triwulan pertama 2018 mencapai 2,3 persen, lebih tinggi dri estimasi ekonom. Di sisi lain, Markit Manufacturing Purchasing Managers' Index (PMI) per April cukup tinggi yaitu 56,5. “Secara umum, data ekonomi AS cukup positif,” kata Bhima.

Sementara itu, ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai penguatan dolar Amerika hanya bersifat sementara.Penguatan ini ditopang oleh pergerakan harga minyak dunia. “Pelaku pasar akan mencermati juga data-data ekonomi Amerika,” kata Josua. (Lihat pula: Beda Pendapat Ekonom Soal Penyebab Tekanan di Pasar Modal Indonesia).

Data ekonomi Amerika seperti inflasi dan data tenaga kerja merupakan indikator utama dalam menentukan kebijakan moneter. Sementara isu geopolitik dan perang dagang dinilai berpotensi membatasi penguatan dolar Amerika.

Mengacu pada data kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah hari ini berada pada level 13.877 per dolar atau menguat tipis dibandingkan Jumat pekan lalu pada level 13.879. (Baca juga: Dorongan Kenaikan Bunga Acuan dan Para Pembonceng Kejatuhan Rupiah).

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...