Beda Pendapat Ekonom Soal Penyebab Tekanan di Pasar Modal Indonesia

Rizky Alika
27 April 2018, 17:05
Pialang tengah memantau pergerakan pasar modal.
Arief Kamaludin|KATADATA

Pasar modal Indonesia mengalami tekanan besar sejak akhir pekan lalu. Hal itu seiring arus keluar dana asing (capital outflow) imbas kenaikan imbal hasil (yield) SUN Amerika Serikat (AS) dan penguatan dolar AS. Namun, Kepala Ekonom PT Danareksa Research Institute Damhuri Nasution mencurigai tekanan yang tengah terjadi.

“Ada upaya (dari para pemegang bond asing yang sebagian besar adalah investor global) mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga,” kata dia, Kamis (26/4). Dengan kenaikan suku bunga, yield SUN bakal terkerek semakin tinggi sehingga keuntungan yang diraup membesar. (Baca juga: BI Tak Ragu Naikkan Bunga Acuan Jika Kurs Rupiah Bahayakan Stabilitas)

Atas dasar itu, ia pun mengisyaratkan agar BI mempertahankan bunga acuan meskipun rupiah tertekan di tengah arus keluar dana asing yang terjadi. “Bila melihat 2013-2014, kenaikan bunga justru semakin membuat rupiah terpuruk,” ujarnya. 

Ia menambahkan, kebijakan moneter bank sentral Eropa atau Australia tidak bisa dijadikan acuan untuk kebijakan moneter Indonesia. Sebab, kondisi makro ekonomi tiap negara berbeda. Adapun untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah, yang diperlukan adalah ketegasan BI.

“Perlu ketegasan BI untuk bilang bahwa fundamental rupiah di level sekian, bukan hanya menjaga volatilitas, karena pasar menjadi tidak percaya,” kata dia. (Baca juga: Menko Darmin: Fundamental Rupiah di Level Rp 13.500 per Dolar AS)

Bertolak belakang dengan Damhuri, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih meyakini investor asing keluar dari pasar modal Indonesia karena yield SUN AS memang lebih tinggi dibanding yield SUN Indonesia. Ditambah lagi, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS. 

"Rupiah melemah sehingga mereka lihat return yang mereka peroleh lebih kecil. Jadi sebelum kejadian (rupiah makin lemah), ya jual dulu obligasinya (SUN Indonesia)," kata Lana. Ini artinya, bukan untuk menekan BI.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...