BI Catat Kontribusi Industri Manufaktur ke Ekonomi Menyusut 8%

Desy Setyowati
3 Agustus 2017, 15:31
Pabrik otomotif
Arief Kamaludin|KATADATA

Di sisi lain, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menyebut dua industri yang mencatatkan pertumbuhan positif yaitu kimia dasar dan logam dasar. Namun, pertumbuhan industri ini terhambat oleh biaya produksi dan bahan baku yang masih harus diimpor.

Biaya produksi industri logam dasar, misalnya, mengalami kendala berupa harga gas alam yang tinggi. "Harga gas alam di Indonesia itu US$ 9,5 per Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)," kata Doddy. Harga tersebut lebih mahal dibanding di Jepang dan Rusia yang hanya US$ 6,3 per MMBTU. Begitu pula bila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. (Baca juga: Pemerintah Dorong Investor Ikut Bangun Infrastruktur Gas)

Selain itu, tarif listrik yang naik sejak 2014 juga turut membebani biaya produksi. Meskipun dibanding negara-negara di ASEAN, tarif listrik Indonesia masih lebih rendah. Di Indonesia l, tarif listrik sebesar Rp 819 per Kilo watt per jam (KwH). Sementara di Malaysia Rp 1.066 per KwH; Thailand Rp 1.270 per KwH; Filipina Rp 1.551 per KwH; dan Singapura Rp 1.689 per KwH. Tarif listrik di Indonesia hanya lebih tinggi dibanding Vietnam yang sebesar Rp 777 per KwH.

Infrastruktur yang belum mendukung juga turut memperbesar biaya produksi, misalnya infrastruktur berupa pelabuhan dan listrik. Adapun, biaya produksi di Indonesia tercatat mencapai US$ 496 per ton yang terdiri atas biaya bahan baku US$ 243 per ton, energi US$ 219 per ton, dan tenaga kerja US$ 34 per ton.

Biaya produksi Indonesia berada di atas Korea Selatan yang sebesar US$ 332 per ton. Lalu Brazil, Rusia, dan India yang masing-masing sebesar US$ 333 per ton, US$ 344 per ton, dan US$ 380 per ton. Bahkan Jepang, Turki, Cina, dan Amerika Serikat (AS) pun biaya produksi lebih rendah yaitu US$ 389 per ton, US$ 401 per ton, US$ 434 per ton, dan US$ 461 per ton.

Dody menambahkan, industri kimia dasar dan logam dasar juga terhambat oleh kapasitas produksi ethylene dan prophilene domestik yang belum mampu memenuhi permintaan industri. Alhasil, harus dipenuhi dengan impor.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...