Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Capai Target Meski Belanja Seret
Bank Dunia memperkirakan belanja pemerintah hanya tumbuh 2,8 persen tahun ini, lebih rendah dari proyeksi pemerintah yang sebesar 4,8 persen. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi diyakini tetap mencapai target yaitu 5,2 persen disokong oleh konsumsi masyarakat, investasi swasta, dan kinerja ekspor.
Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia Hans Anand Beck mengatakan belanja pemerintah masih terbatas lantaran penerimaan negara seret. Ia bahkan memperkirakan defisit anggaran bakal dibiarkan agak meningkat untuk menyokong belanja pemerintah. Prediksi Hans, defisit anggaran naik dari 2,46 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun lalu menjadi 2,6 persen tahun ini.
"Defisit anggaran kami proyeksikan akan melebar secara gradual menjadi 2,6 persen dan 2,8 persen di 2017 dan 2018. Ini untuk mengimbangi pendapatan yang masih rendah, sementara belanja pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur tinggi," ujar Hans saat paparan laporan ekonomi Asia Timur dan Pasifik di kantornya, Jakarta, Kamis (13/4).
Melebarnya defisit anggaran bakal membuat utang pemerintah membengkak. Bank Dunia memproyeksi rasio utang pemerintah terhadap PDB naik dari 27,9 persen tahun lalu menjadi 29 persen tahun ini. (Baca juga: Pemerintah Bidik 91,5 Persen Dana Investasi 2018 dari Luar APBN)
Bank Dunia pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi bakal lebih banyak disokong oleh konsumsi masyarakat, investasi swasta, dan kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga diproyeksi tumbuh 5,1 persen tahun ini atau naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 5 persen. Sedangkan investasi swasta diproyeksi tumbuh 5,7 persen, atau lebih baik dari tahun lalu yang sebesar 4,5 persen.
Di sisi lain, ekspor diproyeksi meningkat dari negatif 1,7 persen tahun lalu menjadi 2 persen tahun ini, sedangkan impor diestimasi tumbuh melambat dari tahun lalu 2,3 persen menjadi 1 persen tahun ini. (Baca juga: ADB Ramal Kenaikan Permintaan Dunia Bisa Tangkal Kebijakan Trump)
Berbeda pandangan dengan Hans, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis penerimaan negara bisa meningkat sehingga defisit anggaran bisa mengecil. Ia menargetkan defisit anggaran turun menjadi 2,4 persen tahun ini, lalu menyusut menjadi 1,9-2,3 persen terhadap PDB tahun depan.
Optimisme itu ditopang oleh rasio pajak yang ditargetkan meningkat dari sebesar 10,3 persen tahun lalu menjadi 10,9 persen tahun ini dan mencapai 11-12 persen tahun depan. (Baca juga: Genjot Penerimaan, Sri Mulyani Ingin Defisit Anggaran Terus Susut)
"Untuk bisa meningkatkan rasio pajak, perlu memperbaiki kemampuan memprediksi penerimaan pajak per sektor. Mengoreksi kinerja Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak, makanya saya luncurkan tim reformasi perpajakan," ucapnya. Tim reformasi perpajakan ditarget untuk mendongkrak rasio pajak ke level 15 persen pada 2020 mendatang.