Ekonomi 2017 Mulai Pulih, Pemerintah Didorong Fokus Sektor Manufaktur
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan perekonomian Indonesia tahun depan memasuki masa pemulihan atau perbaikan. Dengan kondisi ini, pemerintah harus bisa mendorong menggenjot pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, demi mengejar pertumbuhan 7 persen pada 2018.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan tahun ini, otoritas fiskal telah melakukan konsolidasi dengan mengambil langkah yang lebih kredibel terhadap Anggaran. Selain itu, di sisi moneter, BI juga menilai kondisinya telah berjalan dengan cukup baik, tercermin dari penurunan suku bunga yang telah dilakukan oleh BI untuk menggenjot perekonomian dalam negeri.
"Kalau di tahun 2017 ini adalah apa yang kami bilang sebagai kondisi recovery," ujarnya dalam acara Core Economic Outlook 2017, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (23/11). (Baca: Puncak Kredit Bermasalah Lewat, Investasi Bisa Bangkit 2017)
Kondisi pemulihan atau recovery ini akan terlihat dari kredit perbankan yang akan mulai berjalan. Beberapa tahun terakhir banyak debitur bank yang mengalami masalah akibat anjloknya harga komoditas. Seiring mulai merangkak naiknya harga komoditas tahun ini, restrukturisasi kredit pun diperkirakan akan selesai tahun depan.
"Perbankan bisa fokus pada ekspansi. Jadi, 2017, restrukturisasi (kredit perbankan) telah selesai dan dunia usaha pun mulai menyerap kredit untuk melakukan ekspansi," ujar Mirza.
Meskipun perekonomian Indonesia bisa masuk masa pemulihan, BI mendorong pemerintah agar bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi melebihi target yang telah ditetapkan tahun depan, yakni 5,1 persen. Tahun ini pemerintah memang mematok pertumbuhan 5 persen, lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya, kecuali Filipina.
Meski begitu, kata Mirza, angka pertumbuhan ini belum cukup bagi negara berpenduduk besar seperti Indonesia. Setidaknya perekonomian Indonesia bisa tumbuh 7 persen pada 2018-2021. Untuk bisa mencapainya, tahun depan pertumbuhannya harus bisa lebih dari 5,1 persen.
(Baca: Menteri Bambang: Bahaya Pengangguran 2000-2004 Bisa Terulang)
Salah satu cara untuk bisa mencapai pertumbuhan ini, pemerintah bisa memfokuskan pengembangan industri Indonesia kembali ke manufaktur. Industri ini dianggap bisa menghasilkan nilai tambah dari bahan mentah dan dapat menyerap tenaga kerja dengan cukup tinggi.
Untuk mendorong hal ini, iklim investasi di Indonesia harus terus diperbaiki. Selain itu, hubungan industrial antara pekerja dan pemilik modal harus dijaga dengan baik, agar pemilik modal tidak beralih ke penggunaan mesin.
Pemerintah harus serius dalam melakukan reformasi struktural. Ini memang sudah tercermin di 14 paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan. Namun, kemajuan dalam pelaksanaan paket tersebut harus terus dievaluasi. Kemudian, komitmen dari Pemerintah Pusat dan Daerah juga harus di sinkronisasi. Maka, jika hal tersebut tidak dijalankan, Mirza menilai, reformasi struktural tersebut akan sulit dicapai.
(Baca: Risiko Kredit Macet, Indonesia Sulit Raih Peringkat Layak Investasi)
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengungkapkan ada tiga langkah yang telah disiapkan pemerintah untuk menghadapi tantangan ekonomi 2017. Pertama, kebijakan fiskal yang kredibel. "Jika kredibel, investor dan masyarakat akan lebih yakin. Dengan demikian, pertumbuhan bisa dicapai, karena sumber pertumbuhan hanya dari konsumsi dan investasi," ujarnya.
Kedua, penetapan kebijakan moneter yang tepat. Suahasil tidak menjelaskan lebih rinci bagaimana kebijakan tersebut. Dia hanya berharap, kebijakan moneter dapat segera dirasakan oleh masyarakat, terutama investor, agar iklim investasi Indonesia semakin menarik.
Ketiga, reformasi struktur regulasi di Indonesia. Pemerintah akan langsung masuk ke sektor rill, dengan memberikan kemudahan-kemudahan dan insentif kepada industri utama. Salah satu caranya dengan terus mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
(Baca: Pemerintah Fokuskan Tiga Hal untuk Tingkatkan Daya Saing)