Rupiah Makin Tertekan Jelang Pidato Gubernur The Fed

Martha Ruth Thertina
24 Agustus 2016, 15:58
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

Sejauh ini, para pembuat kebijakan diketahui masih memiliki keinginan beragam terkait arah kebijakan moneter Amerika. Seperti terlihat dalam risalah rapat The Fed tanggal 26-27 Juli, mereka membutuhkan lebih banyak data-data ekonomi sebelum menentukan arah kebijakannya. Adapun rapat The Fed akan kembali digelar pada 21 September. Saat ini, suku bunga The Fed berada di level 0,25 persen – 0,5 persen.

Kepala Ekonom Bank Central Asia, David Sumual mengatakan rencana kenaikan suku bunga The Fed menyebabkan sentimen negatif investor terhadap asset-aset non-dolar. Akibatnya, terjadi pelemahan kurs mata uang negara-negara emerging market. Ia memprediksi kurs rupiah cenderung melemah sepekan ini. Namun, ia yakin kurs masih akan bergerak di kisaran yang diinginkan Bank Indonesia. “Akhir tahun Rp 13.300 sesuai fundamental,” ucapnya.  

Grafik: Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar Amerika 4 Januari-18 Agustus 2016
Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar Amerika 4 Januari-18 Agustus 2016 (Sumber: Databoks)

Dia berharap kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang berlaku sejak Juli lalu bisa menolong penguatan rupiah di tengah bayang-bayang kenaikan suku bunga The Fed. Repatriasi dari wajib pajak bisa membantu supply valas di dalam negeri. (Baca: Pengusaha Janji Ada Banjir Dana Repatriasi di Akhir September).

David memperkirakan dana masuk dari para wajib pajak bakal kelihatan di akhir tahun, sebab periode pertama tax amnesty baru berakhir September 2016 dan wajib pajak terkait memiliki tenggat hingga Desember 2016 untuk mentransfer dananya. “Mudah-mudahan dana itu bisa mengimbangi sentimen negatif terkait The Fed,” ucapnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...