Ekonomi 2016 Diramal Lebih Baik, Rupiah Menguat 1,1 Persen

Yura Syahrul
21 Desember 2015, 20:41
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA

KATADATA - Mata uang rupiah kembali menguat hingga menyentuh level Rp 13.700 per dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut di tengah sejumlah ramalan terbaru tentang prospek ekonomi Indonesia tahun depan yang lebih baik dibandingkan 2015.

Berdasarkan kurs referensi JISDOR di Bank Indonesia pada Senin ini (21/12), rupiah berada pada level 13.872 per dolar AS. Posisi ini menguat 1,1 persen dari penutupan perdagangan pada Jumat pekan lalu yang sebesar Rp 14.032 per dolar AS. Di pasar spot, rupiah juga menguat hingga sempat menyentuh level 13.719 per dolar AS. Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah berakhir di level 13.808 per dolar AS atau menguat 0,79 persen dibandingkan Jumat pekan lalu.

Penguatan rupiah cukup menarik perhatian lantaran pada pekan sebelumnya rupiah sempat melemah hingga level 14.100 per dolar AS. Penyebabnya adalah kebutuhan dolar AS di dalam negeri meningkat untuk kebutuhan membayar utang di pengujung tahun ini dan kebijakan bank sentral AS (The Federal Reserves) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,50 persen.

Kebijakan yang diambil The Fed untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir ini, bakal terus berlanjut secara bertahap hingga 2016. Kondisi tersebut tentu akan semakin menekan rupiah karena memicu arus keluar dana asing untuk kembali ke AS. Namun, prospek positif ekonomi Indonesia pada tahun depan setidaknya bisa memberikan angin segar terhadap penguatan rupiah. Prospek tersebut setidaknya dilontarkan oleh dua perusahaan sekuritas lokal dan asing.

Dalam siaran persnya, Senin ini, Credit Suisse memperkirakan ekonomi Indonesia tahun 2016 bakal pulih menyusul sejumlah paket stimulus ekonomi yang diluncurkan pemerintah. Selain itu, banyak kebijakan fiskal dan keuangan yang mendukung pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi naik menjadi 5,2 persen dibnadingkan pencapaian tahun ini yang dipastikan di bawah 5 persen. Proyeksi tersebut juga lebih tinggi dari konsensus analis yang sebesar 4,9 persen.  

Jahanzeb Naseer, Head of Equity Research Credit Suisse untuk Indonesia melihat adanya beberapa tanda awal perbaikan konsumsi dan belanja modal setelah pemerintah meluncurkan tujuh paket stimulus ekonomi sejak September lalu. Pemerintah juga mulai bergerak melakukan reformasi struktural. Mulai dari memotong jalur birokrasi serta peraturan yang tidak konsisten, hingga membuat perumusan upah minimum yang lebih mudah dihitung oleh para pengusaha.

Paket stimulus tersebut yang paling berdampak terhadap siklus pertumbuhan adalah memberi ruang gerak bagi kebijakan keuangan serta sistem pembayaran yang lebih baik untuk pengeluaran fiskal. "Untuk proyeksi pertumbuhan 6-12 bulan ke depan, kami berpendapat bahwa beberapa faktor pendorong daya beli, seperti pemotongan tarif diesel dan listrik bagi pelanggan kalangan industri, serta penyaluran beras murah, akan sangat membantu dalam mendorong pertumbuhan PDB,” kata Naseer.

Credit Suisse memperkirakan pembelanjaan fiskal akan mendorong peningkatan PDB sebesar 20 basis poin pada tahun depan menyusul meningkatnya pengeluaran pembelanjaan modal. Ini jauh lebih baik dengan penurunan pengeluaran belanja modal sebesar 200 basis poin terhadap PDB tahun ini dibandingkan 2014.

Sementara itu, Credit Suisse juga meramalkan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 75 basis poin pada tahun depan. Kebijakan tersebut sejalan dengan perkiraan penurunan inflasi di bawah 5 persen. Penurunan suku bunga tersebut juga penting untuk mendorong konsumsi, karena 50 persen pertumbuhan Indonesia masih ditopang oleh konsumsi.

Di tempat terpisah, para ekonom Mandiri Sekuritas memaparkan sejumlah peluang ekonomi Indonesia tahun depan. Jika inflasi bisa terjaga dan defisit transaksi berjalan membaik maka lembaga pemeringkatan internasional Standard & Poor’s akan mengerek peringkat Indonesia ke level layak investasi (investment grade) pada tahun depan.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan lebih baik, yaitu sebesar 5 persen. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh peningkatan investasi dan ekspor. Namun, pertumbuhan ekonomi sulit mencapai 5 persen jika pengeluaran pemerintah dan konsumsi cenderung stagnan. Sedangkan inflasi diperkirakan cuma di bawah 4,5 persen. Karena itulah, suku bunga acuan ditaksir bisa turun sekitar 50-75 basis poin menjadi 7 persen pada 2016.

Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy meramal, kenaikan berkala Fed Rate dan perlambatan ekonomi Cina memang menjadi tantangan perekonomian Indonesia di tahun depan. Namun, peluang meningkatnya kepercayaan investasi masih ada. Ia pun yakin kenaikan Fed Rate terbatas berkisar 50-75 basis poin sehingga tidak mengguncang pasar yang berujung pada keluarnya dana asing (capital outflow) dalam jumlah besar.

Namun, kalau bank sentral AS menaikkan Fed rate dalam jumlah signifikan dan dalam waktu cepat maka rupiah akan terpukul. Mata uang rupiah pun bisa melorot hingga 14.300 per dolar AS tahun depan.

Reporter: Desy Setyowati, Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...