Pemerintah Kembali Meminta BI Turunkan Suku Bunga

Muchamad Nafi
7 Desember 2015, 16:34
Darmin Nasution
KATADATA | Arief Kamaludin

Ketiga, kebijakan untuk melindungi masyarakat berpenghasilan rendah. Salah satunya dengan memberikan subsidi Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp 10 triliun pada 2016 dan Rp 3 triliun di tahun ini. Dengan begitu, bunga kredit tahun depan menjadi sembilan persen, lebih rendah dari tahun ini 12 persen. “Itu (tiga kebijakan) kelompok besar yang sedang kami persiapakan. Kami tidak mau tumbuh yang hanya sekadar ikut arus ekonomi global.”

Sebaliknya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo malah sempat mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai pergerakan ekonomi global pada tahun depan. Perlambatan ekonomi Cina diperkirakan akan berlanjut. Rencana Cina memasukan renminbi sebagai aset cadangan internasional (Special Drawing Rights/SDRs) perlu dicermati dengan hati-hati. (Baca pula: Jusuf Kalla: BI Perlu Evaluasi Bunga BI Rate).

Masuknya renminbi sebagai SDRs akan membuat capital account Cina terbuka dan pengelolaan moneternya menjadi independen. Efeknya, renminbi bisa menguat. Namun, kemungkinan besar Cina tidak akan membiarkan mata uangnya naik terlalu tinggi sehingga kemungkinan akan didevaluasi kembali. Bila benar-benar dilakukan, dampaknya akan besar terhadap Indonesia. “Ketika kemarin didevaluasi dua sampai tiga persen, dampak ke dunia besar. Kita harus siap kalau renminbi melemah,” kata Agus akhir dua pekan lalu.

Selain kondisi Cina, faktor global lain yang bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia ialah perubahan Fed Rate yang hampir dipastikan berimbas pada nilai tukar rupiah. Capital outflow diprediksi meningkat. Di luar kedua faktor tersebut, melemahnya harga minyak dunia diprediksi masih berlanjut. Harga komoditas pun dalam tren penurunan. Tahun ini, harga komoditas turun 15 persen, lebih tinggi dibandingkan perkiraan BI yang hanya menyusut 11 persen. Adapaun tahun depan, harga komoditas diprediksi turun hingga lima persen.

Bercermin pada bebrapa data tersebut, Agus menegaskan kebijakan BI akan konsisten dan hati-hati. Begitu juga dalam menetapkan kebijakan moneter seperti menentukan suku bunga acuan. (Lihat juga: BI: Bunga Acuan Turun Setelah GWM Dilonggarkan).

Kenapa BI Enggan Pangkas Suku Bunga
Kenapa BI Enggan Pangkas Suku Bunga (Katadata)

Prediksi serupa juga disampaikan oleh Tony Prasetyantono. Ekonom dari Universitas Gadjah Mada ini menyatakan kenaikan Fed Rate bisa melemahkan rupiah. Konsumen dan produsen khawatir situasi krisis finansial akan terulang seperti 2008. Karena itu, tugas utama BI adalah menjaga stabilitas dan kredibilitas rupiah. “Itu tidak mudah karena Indonesia rentan capital outflow. Saya mengerti kalau BI Rate belum bisa turun dari 7,5 persen,” kata Tony.

Menurutnya, suku bunga acuan BI bisa turun, tapi risikonya rupiah kemungkinan melemah. Bila terjadi seperti itu, akan berpotensi menggerus cadangan devisa. Tony berpendapat, stabilitas rupiah merupakan prioritas bank sentral. Pasalnya, rasa percaya diri di level ini cukup rendah. Masyarakat cenderung menunda belanja dan menaruh uangnya dalam bentuk dana pihak ketiga.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...