Pemerintah Asumsikan Ekonomi Paling Tinggi Tumbuh 5,4 Persen

Aria W. Yudhistira
15 Juni 2015, 17:10
Katadata
KATADATA
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

?Faktornya investasi didorong konsumsi dijaga dan ekspor kalau bisa jangan tumbuh negatif,? ujar Bambang. (Baca: Pasar Peringatkan Pemerintah)

Berdasarkan asumsi yang disusun pada pertengahan Mei lalu, Kementerian Keuangan memperkirakan, kecuali konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, seluruh indikator pembentuk produk domestk bruto (PDB) diperkirakan tidak mencapai target dalam APBN-P 2015. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diestimasikan masing-masing sebesar 5,1 persen dan 5,5 persen. Sedangkan investasi swasta atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) darti target pertumbuhan 8,5 persen, diperkirakan hanya tumbuh 6,3 persen-6,7 persen. 

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memperkirakan ekonomi hanya tumbuh 4,97 persen hingga akhir tahun. Menurut dia, proyeksinya tersebut masih cukup optimistis setelah melihat pengeluaran pemerintah yang masih minim dan kinerja ekspor yang negatif. 

Dia menilai, hanya konsumsi masyarakat jelang puasa dan lebaran yang masih bisa memberi angin segar bagi perekonomian. "Untuk kuartal II masih bisa tumbuh lebih tinggi (dari kuartal I), yakni 4,75 persen. Ini karena faktor musiman, konsumsi yang meningkat (menjelang puasa dan lebaran)," kata Lana saat dihubungi Katadata.
 
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga memperkirakan, ekonomi hanya bisa tumbuh 5 persen-5,3 persen pada tahun ini. Bahkan, cenderung hanya mampu tumbuh 5 persen karena neraca perdagangan yang surplus US$ 955 juta. Dilihat dari impor bahan baku dan barang modal yang turun, dia menilai investasi pemerintah belum meningkat hingga pertengahan tahun ini.
 
"Ini kami kahwatir kalau (penurunan impor) terlalu besar. Kalau tren berlanjut. Apalagi mau lebaran, seharusnya tren (impor) bahan baku seharusnya naik,? ujar dia.

Sejumlah lembaga keuangan dunia sebelumnya telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Lembaga-lembaga itu memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5 persen.

Ada sejumlah persoalan yang dinilai menjadi hambatan Indonesia. Dari sisi global, perlambatan ekonomi dunia, terutama Cina yang menjadi mitra utama perdagangan Indonesia, membuat permintaan produk dalam negeri menurun. Sementara rencana kenaikan suku bunga AS berdampak terhadap keluarnya modal asing serta menyebabkan kurs rupiah semakin lemah.

Sementara dari dalam negeri, masih tingginya tingkat suku bunga berdampak terhadap daya beli masyarakat. Penurunan ini, menurut ekonom untuk kawasan ASEAN & Pasifik ANZ Research Daniel Wilson, berpotensi menyeret ke bawah pertumbuhan secara keseluruhan.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...