Tak Bisa Andalkan BI untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Aria W. Yudhistira
28 Mei 2015, 17:55
Katadata
KATADATA
Bank Indonesia tidak memiliki ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga acuan.

?Cadangan devisa sulit bertambah, karena kinerja ekspor yang masih rendah,? tutur dia.

Mau tak mau, cara yang paling memungkinkan untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi adalah melalui dorongan fiskal, yakni melalui penyerapan anggaran pemerintah. Tapi, ini bukan berarti tidak ada persoalan, lantaran target penerimaan pajak yang tumbuh 32 persen kemungkinan sulit tercapai.

Angka pertumbuhan tersebut, menurut dia, terlalu optimistis karena secara historis tiga tahun terakhir, rata-rata kenaikan penerimaan pajak hanya sebesar 10 persen. ?Tahun ini tambah berat, karena ekonomi sedang melambat,? kata dia.

Jika penerimaan pajak tidak tercapai, program-program yang telah direncanakan pemerintah dikhawatirkan tidak terealisasi. Alhasil, ini memberikan sentimen negatif kepada investor yang bisa menarik dananya dari Indonesia.

Menurut Gundy, ada dua pilihan yang dapat dilakukan pemerintah. Pertama, jika ingin mempertahankan defisit anggaran tetap di bawah 2 persen, maka pemerintah harus mengurangi belanja. Pilihan ini pun, kata dia, berisiko, karena yang paling potensial untuk dikurangi adalah belanja modal pemerintah.

?Kalau ini yang dilakukan artinya proyek pembangunan ada yang ditunda,? kata dia.

Kedua, adalah dengan menambah utang luar negeri. Pilihan ini cukup realistis karena secara rasio, utang pemerintah Indonesia masih cukup rendah, yakni 25 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah memberi toleransi defisit anggaran 2015 pada rentang 1,9 persen-2,2 persen. Angka defisit itu dinilainya masih dapat terkelola dengan baik.

Pemerintah, lanjut dia, akan membiayai defisit itu dari pinjaman lembaga multilateral, seperti Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia (ADB). Pemerintah akan menghindari penerbitan surat utang negara (SUN) karena ada risiko pelemahan nilai tukar rupiah. Kemudian, pemerintah akan memanfaatkan sisa anggaran lebih tahun lalu untuk membiayai defisit ini.

Dari segi utang, ada beberapa indikator yang menunjukkan pengelolaannya masih baik, yakni porsinya yang terkendali dan rasio utang terhadap PDB masih aman. Selain itu, porsi utang dengan bunga mengambang masih dalam posisi rendah, dan utang terdistribusi dengan rata.

?Kami secara intensif melakukan pendalaman surat berharga negara (SBN). Dan mengembangkan bond stabilitation framework untuk hindari pembalikan di pasar,? kata dia dalam Sidang Paripurna di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis (28/5).

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Aria W. Yudhistira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...