Langkah Tambah Utang, bisa Jadi Sinyal Positif Bagi Pasar
KATADATA ? Pemerintah menganggap pilihan menambah utang ketimbang mengurangi anggaran untuk infrastruktur, bisa memberikan sinyal positif bagi pasar keuangan. Sebab, langkah ini menunjukan pemerintah masih memperhatikan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.
Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pengurangan anggaran belanja, dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi rendah, minat pasar terhadap Indonesia pun menurun, bahkan potensi dana yang keluar dari dalam negeri pun akan lebih besar.
"Dulu (anggaran belanja) dipotong 20 persen-30 persen. Itu bahaya, menyebabkan semua proyek terhenti," ujar Sofyan di kantornya, Jakarta, Rabu (6/5).
(Baca: Dana Subsidi Tak Cukup, Pemerintah Cari Utang untuk Infrastruktur)
Pemerintah memang sudah menyadari adanya kekhawatiran bahwa realisasi penerimaan negara lebih rendah dari target anggaran negara tahun ini. Hal ini akan membuat anggaran negara tidak akan cukup membiayai proyek infrastruktur yang sudah ditetapkan tahun ini.
Target penerimaan pajak tahun ini sebesar Rp 1.294 triliun berpotensi tidak tercapai, akibat perlambatan ekonomi. Hingga akhir April saja, realisasi penerimaan pajak lebih rendah 1,29 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal pemerintah menargetkan penerimaan pajak tahun ini 32 persen lebih tinggi dari realisasi tahun lalu.
(Baca: Penyebab Anjloknya Bursa Saham Indonesia)
ntuk mencukupi anggaran negara agar bisa membiayai proyek infrastruktur tahun ini, kata Sofyan, pemerintah lebih memilih menambah utang. Utang ini akan diupayakan dari pinjaman kepada negara lain (bilateral) atau dari lembaga pembiayaan internasional (multilateral). Pinjaman ini juga bisa dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan dalam proyek infrastruktur.
Menurut Sofyan, pemerintah juga akan tetap melakukan pengurangan belanja negara, jika pembiayaan utang masih belum cukup. Namun, pengurangan belanja negara akan dilakukan secara selektif, salah satunya dengan menunda proyek yang dampaknya kecil bagi perekonomian.
(Baca: Sofyan Optimistis Indeks Saham Segera Pulih)
Ekonom Universitas Indonesia Anton Gunawan mengatakan komitmen pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, memang bisa menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar. Apalagi komitmen ini dinyatakan dalam kondisi perlambatan saat ini.
Sebenarnya pemerintah bisa saja mengurangi anggaran infrastruktur, yang dampaknya terhadap perekonomian tidak besar. Pengurangan anggaran infrastruktur tersebut bahkan bisa menambah ekspektasi positif pasar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menurut dia, yang lebih penting adalah pemerintah mempercepat realisasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Jika realisasi anggaran ini dilakukan lebih cepat, asing bisa kembali masuk ke pasar saham pada kuartal III. Sebab, pengeluaran pemerintah untuk sektor infrastruktur menjadi satu-satunya pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.
"Jadi ujung-ujungnya, ekspektasi yang tadi dari pengeluaran pemerintah terutama infrastruktur. Dari capital expenditure (belanja modal pemerintah), diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," kata Anton ketika dihubungi Katadata, Rabu (6/4).
