Pemerintah Yakin Defisit Anggaran 2015 Bisa di Bawah 2,4 Persen
KATADATA ? Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) masih yakin defisit anggaran tahun ini di posisi aman, yakni di bawah 2,4 persen. Makanya pemerintah merasa tidak perlu lagi melakukan revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun ini
Kepala Badan Kebijalan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengakui sempat ada kekhawatiran bahwa penerimaan negara akan lebih rendah tahun ini. Penyebabnya adalah perkiraan bahwa penerimaan pajak yang tidak akan mencapai target Rp 1.295 triliun. Hal ini akan berakibat pada melebarnya defisit anggaran yang bisa lebih dari 3 persen.
"Kami katakan di akhir tahun budget aman. Defisit sekarang 1,9 persen. Meski ada limit 3 persen, kami nggak mau budget di atas 2,4 persen. Budget secara keseluruhan dalam posisi aman," kata dia dalam diskusi keuangan di Gedung BI, Jakarta, Rabu (29/4).
Kementerian Keuangan mencatat penerimaan negara hingga 28 April tahun ini mencapai Rp 370 triliun, sedangkan belanja pemerintah sudah mencapai Rp 440 triliun. Defisit anggaran pada periode tersebut hanya Rp 77 triliun. Padahal Kementerian Keuangan memperkirakan defisitnya pada periode tersebut mencapai Rp 93,7 triliun.
Selain itu, kata Suahasil, tahun ini tidak ada risiko fiskal yang berlebihan dalam anggaran negara. Apalagi pemerintah telah melakukan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM), yang membuat ruang fiskal lebih lebar.
Ruang fiskal ini kemudian dialihkan salah satunya ke sektor infrastruktur. Tahun ini pemerintah mengalokasikan anggaran Rp 290 triliun untuk infrastruktur, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 206 triliun.
"Selama 10-15 tahun terakhir, (subsidi besar, anggaran infrastruktur kecil) inilah yang menjadi masalah. Tapi di 2015, pertama kalinya (anggaran infrastruktur) lebih besar (dari subsidi),"
Meski demikian, dia menyebut penyerapan anggaran tahun ini hanya akan mencapai 90-95 persen. Karena, sebelumnya APBN memang tak pernah mencapai 100 persen. target tersebut dinilai cukup baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai target 5,7 persen.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan defisit anggaran hanya akan berada pada kisaran 2,2 persen hingga akhir tahun. Keyakinan defisit di bawah 3 persen ini didasarkan pada rencana belanja pemerintah yang akan naik di kuartal II hingga akhir tahun.
Rendahnya belanja pemerintah pada kuartal I karena terhambat masalah perubahan nomenklatur kementerian. Sebanyak 11 kementerian dan lembaga (K/L) harus melakukan perubahan nomenklatur. Saat ini sekitar 76,4 persen dari jumlah anggaran K/L yang terhambat sudah diselesaikan.
"Saya kira Rp 5.500 triliun untuk proyek lima tahun (bisa berjalan). Kalau ini bisa dilakukan inilah sumber investment. Defisitnya sekarang 1,9 persen bisa, 2,2 juga bisa. Karena ruang fiskal masih ada," ujarnya.
Dia berharap pemerintah bisa mempercepat realisasi proyek infrastruktur yang sudah direncanakan. jika investasi proyek infrastruktur bisa segera dilakukan, pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa sesuai target atau sekitar 5,6 persen hingga 5,7 persen. Namun, investasinya lambat dilakukan, maka ekonomi hanya bisa tumbuh sekitar 5,4 persen.
Perry juga mengingatkan, pertumbuhan ekonomi bisa terjadi dengan bauran tiga kebijakan, yakni kebijakan moneter makro, moneter fiskal dan pemerintah, serta reformasi struktural. Menurut dia, tanpa stabilitas dari kebijakan tersebut, ekonomi tidak akan tumbuh dengan baik.
