Menkeu Prediksi Ekonomi Kuartal I Hanya Tumbuh 5 Persen
KATADATA – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui adanya perlambatan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini. Dia bahkan memprediksi, pertumbuhan ekonomi kuartal I hanya akan mencapai 5 persen, di bawah target tahun ini sebesar 5,7 persen.
Bambang mengatakan, pemerintah tidak membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi per kuartal. Kementerian Keuangan hanya menghitung pertumbuhan dalam satu tahun. Namun, dia mengakui adanya indikasi perlambatan pada kuartal I tahun ini, salah satunya akibat penyerapan anggaran pemerintah yang belum maksimal.
"Pokoknya saya nggak mau buat forecast. Kami masih berharap (pertumbuhan ekonomi) di sekitar 5 persen," ujar dia usai menghadiri acara "Tropical Summit 2015: Global Investment Opportunity" di Jakarta, Selasa (28/4).
Menurut dia, perlambatan ekonomi ini terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Khususnya karena penurunan harga minyak dunia, yang diikuti melemahnya harga komoditas. Apalagi, Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditas.
Namun, ia optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dan seterusnya akan membaik. Terutama, didorong oleh pembangunan infrastruktur yang sudah berjalan. Hingga, pada akhir tahun ekonomi bisa tumbuh sesuai target 5,7 persen.
"Kami akan dorong (pertumbuhan ekonomi kuartal II hingga akhir tahun). Kan sudah mulai belanjanya," kata Bambang.
Meningkatnya pertumbuhan investasi kuartal I, ternyata tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat realisasi investasi kuartal I tahun ini meningkat hingga 16,9 persen menjadi Rp 124,6 triliun.
Prediksi Menteri Keuangan tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 hanya 5 persen-5,1 persen. Menurut Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Solikhin M. Juhro, angka pertumbuhan tersebut sesuai dengan siklus belanja pemerintah pada tiga bulan pertama setiap tahun karena aktivitas belanja infrastruktur yang masih sangat minim.
Dia juga menghitung ada sekitar 10 Kementerian dan Lembaga (K/L) baru dan juga K/L lama yang mengalami perubahan nomenklatur. Dengan demikian, belanja K/L pun menjadi terlambat. “Ini karena spending pemerintah di bidang infrastruktur tidak berjalan cepat seperti yang telah diperkirakan,” kata Solikhin di Gedung BI, Jakarta, Selasa (28/4).
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Azhar Lubis mengatakan 50 persen produk domestik bruto (PDB) disumbang oleh konsumsi rumah tangga. Sementara investasi hanya menyumbang sekitar 30 persennya. Makanya peningkatan investasi tidak bisa secara signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Yang ketiga dari government spending (belanja pemerintah). Jadi tergantung penyerapan anggaran nanti," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyebut penyerapan anggaran pada kuartal I, baru mencapai 18 persen. Penyerapan anggaran masih rendah, karena banyak proyek infrastruktur yang belum bisa berjalan pada periode tersebut.