Meski Perdagangan Surplus, Indikasi Perlambatan Ekonomi Terlihat

Aria W. Yudhistira
15 April 2015, 15:24
Katadata
KATADATA
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri.

KATADATA ? Pemerintah diminta untuk berhati-hati menghadapi indikasi perlambatan ekonomi. Meskipun neraca perdagangan Maret mengalami surplus, tapi lebih disebabkan penurunan impor yang lebih tajam.

?Mengapa perlu hati-hati? Karena komponen impor terbesar adalah barang modal dan bahan baku. Impor barang modal turun 10,3 persen dan bahan baku turun 16,2 persen,? kata mantan Menteri Keuangan Chatib Basri dalam aku Twitter-nya, Rabu (15/4).

Ini berarti perusahaan mengurangi pembelian bahan baku dan barang modal. Hal ini akan berdampak pada penurunan produksi selama enam bulan ke depan. ?Karena itu, surplus neraca perdagangan ini bisa jadi indikasi awal perlambatan pertumbuhan ekonomi,? tutur dia.

Ekonom DBS Group Gundy Cahyadi mengatakan, surplus neraca perdagangan secara akumulatif pada Maret ini merupakan yang terbaik sejak 2012. Tentunya akan menjadi sentimen positif bagi pasar, dan diharapkan memperbaiki defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Meski begitu, kenaikan surplus tidak diimbangi oleh perbaikan kinerja ekspor, melainkan penurunan impor, terutama impor barang modal. Menurut dia, ini justru memberi kesempatan bagi pemerintah untuk meningkatkan impor barang modal, tanpa khawatir akan adanya peningkatan defisit transaksi berjalan.

Akan tetapi, jika pemerintah tidak mampu mengantisipasi penurunan impor dengan mendorong produksi bahan baku dan barang modal di dalam negeri, akan berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi. Khususnya dalam satu atau dua tahun ke depan.

?Akan buruk dalam jangka panjang, jika tidak ada substitusi impor," kata Gundy.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Maret mengalami surplus US$ 1,13 milliar, sehingga secara kumulatif selama kuartal I sebesar US$ 2,43 milliar. Meski surplus, nilai ekspor Maret tercatat turun 9,8 persen year on year (yoy) menjadi US$ 13,71 miliar. Sementara impor turun 13,4 persen yoy menjadi US$ 12,58 milliar.

Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-Maret mencapai US$ 39,13 miliar atau turun 11,7 persen yoy. Adapun nilai impor turun lebih tajam sebesar 15,1 persen menjadi US$ 36,7 milliar.

Impor bahan baku tercatat turun sebesar 16,2 persen yoy dari menjadi US$ 27,69 miliar selama kuartal I. Menurut Kepala BPS Suryamin, hal ini dinilai baik karena ada kemungkinan beberapa bahan baku sudah diproduksi di dalam negeri.

Impor barang modal turun 10,3 persen yoy, dari US$  7,21 miliar menjadi US$ 6,47 miliar. Begitu juga dengan barang konsumsi, turun 14,32 persen dari US$ 2,97 miliar menjadi US$ 2,54 miliar. 

 

Reporter: Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...