Belum Dapat Izin Dari OJK, BW Plantation Tetap Right Issue

Safrezi Fitra
24 November 2014, 19:18
Bursa saham
Arief Kamaludin|KATADATA

KATADATA ? PT BW Plantation Tbk. mengaku tidak mengubah harga dan rasio penerbitan saham baru (right issue), meski belum mendapat izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini dilakukan karena perseroan merasa mendapat dukungan dari pemegang saham.

Direktur Keuangan BW Plantation Kelik Irwantono mengatakan pemegang saham tidak mempermasalahkan langkah perusahaan ini. Terlihat dari kehadiran investor dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari ini, Senin (24/11). (Baca: BW Plantation Dikabarkan Kaji Ubah Rasio Rights Issue)

"Kehadiran para pemegang saham dalam RUPSLB kami sudah kuorum. Sebanyak 75,86 persen yang hadir ini berarti mereka mendukung," kata Kelik, di Hotel Four Season, Jakarta, Senin (24/11).

Untuk itu, perseroan masih tetap mengagendakan langkah ini sesuai rencana awal. Meski demikian, RUPSLB dalam rangka right issue ini diskors hingga Kamis 27 November 2014. Sebab, hingga pukul 15.00 WIB, OJK belum juga memberikan izin efektif ke BW Plantation.

Dia yakin perseroan bisa saja memeroleh izin hari ini atau paling lambat besok. Namun, masih terkendala faktor kesibukan, mengingat OJK mesti menghadiri rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari ini. 

"Sudah tidak ada isu lagi sebenarnya. Hanya masalah logistik saja. Kami harap, bisa ditandatangani hari ini kalau mau tunggu. Tapi kami harus mengerti di OJK juga ada kesibukan. Jadi kita skors sampai Kamis," tutur dia.

Seperti diketahui, langkah BW Plantation untuk menerbitkan saham baru ini dinilai bisa merugikan investor ritel. Sebab, harga pelaksanaanya jauh dibawah harga pasar. Investor khawatir sahamnya bakal terdilusi cukup besar jika tidak mengeksekusi hak nya.

Jika ada investor yang tidak mengambil haknya, maka seluruh sisa saham baru akan dibeli oleh PT Rajawali Capital International, PT BNI Securities, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas dan PT Valbury Asia Securities, sebagai penjamin emisi.

Sebelumnya perseroan menawarkan harga rigths issue Rp 390-411 per saham, padahal harga sahamnya saat itu masih di kisaran Rp 955 per saham. Perseroan akan menerbitkan 27,02 miliar saham baru, lewat mekanisme penerbitan umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai Rp 11,11 triliun.

Selain masalah pelaksanaan rights issue yang jauh di bawah harga pasar, penggunaan dana hasil penerbitan saham baru PT BW Plantation tersebut juga banyak menarik perhatian.Sebagian besar dana hasil rights issue digunakan untuk membeli Green Eagle Holding yang berada di bawah payung Rajawali Group.

Riset UOB Kay Hian menyebut rencana akuisisi Green Eagle terlalu mahal, yaitu US$ 11.392 per hektare dengan menggunakan metode penilaian aset, atau dengan EV/Planted senilai US$ 13.564 per hektare. Padahal harga perusahaan sejenis berdasarkan EV/Planted, hanya berkisar US$ 9.600 per hektare.

Reporter: Desy Setyowati
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...