Pasar Mulai Hitung Ulang Proyeksi Rupiah
KATADATA ? Para pelaku di pasar keuangan mulai menghitung ulang proyeksi nilai tukar rupiah. Tadinya mereka optimistis rupiah akan menguat hingga kisaran Rp 11.800 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden.
Namun perkembangan politik di dalam negeri yang semakin memanas membuat kurs rupiah secara perlahan-lahan kembali melemah. Apalagi, perekonomian Indonesia juga dibayangi oleh rencana bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, menaikkan suku bunga.
Menurut ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk Agustinus Prasetyantoko, rupiah diperkirakan akan berada di atas Rp 12.000 hingga akhir tahun. Sebelumnya dia memperkirakan rupiah berada di posisi Rp 11.800 per dolar AS pada akhir tahun.
?Faktor politik menambah sentimen negatif menjadi lebih buruk,? kata dia kepada Katadata, Selasa (7/10). (Baca: Koalisi Jokowi Kalah Telak, IHSG dan Rupiah pun Terjerembab)
Meski begitu, dia optimistis rupiah bakal menguat jika Jokowi, sapaan akrab mantan Walikota Solo tersebut, mengumumkan kabinet dan rencana kebijakannya. ?Misalnya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi,? ujar Prasetyantoko.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menuturkan, kepercayaan investor terhadap Indonesia akan berbalik positif jika Jokowi mengumumkan kabinet yang sesuai ekspektasi, yakni berisi kaum profesional. Kemudian merencanakan program 100 hari untuk kebijakan ekonomi ke depan.
Menurut David, pelemahan rupiah yang terjadi beberapa waktu terakhir disebabkan faktor politik. Situasi ketidakpastian ini membuat investor khawatir, bahwa kinerja pemerintahan baru akan terganggu. (Baca: Jokowi Effect Terhadap Rupiah Hanya Jangka Pendek)
Dia memprediksi, rupiah bisa melemah ke 12.200 per dolar AS pada akhir tahun. ?Awal prediksi saya di Rp 11.700 dan kalau positif bisa Rp 11.200. Tapi karena tekanannya kuat, jadi (rupiah) melemah jauh di atas fundamental,? tutur David.
Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memperkirakan, rupiah akan bergerak ke arah Rp 12.400 per dolar AS. Sebelumnya, dia memperkirakan rupiah akan berada posisi Rp 11.300 per dolar AS dengan asumsi program-program Jokowi akan berjalan baik.
Sekalipun kekhawatiran investor bahwa kebijakan anggaran pemerintahan Jokowi tidak terganjal, rupiah hanya akan menguat di kisaran Rp 11.800-Rp 11.900 per dolar AS.
?Kalau tidak bisa (parlemen menghambat pengajuan RAPBN-P 2015 ) rupiah bisa di Rp 12.200-Rp 12.400 per dolar AS,? ujar Lana. (Baca: ?Bulan Madu? Akan Berakhir, Pasar Tunggu Kabinet Jokowi)
Menurutnya, Jokowi-JK harus mulai berkomunikasi dengan Koalisi Merah-Putih setelah dilantik. Ini supaya pandangan investor dan masyarakat terhadap stabilitas politik membaik, sehingga kebijakan pemerintah bisa berjalan mulus.
?Nggak bisa andalkan PDI-P. Seharusnya Jokowi dan JK yang ke Koalisi Merah-Putih, karena mereka kan partnernya itu. Tapi karena belum dilantik, sepertinya Jokowi belum bisa menunjukkan itu. Kita tunggu dilantik baru bisa lihat tindakan politiknya seperti apa,? tutur Lana. (Baca: Kegagalan Koalisi Jokowi Bisa Turunkan Ekspektasi Publik)