Rupiah Melemah karena Investor Nilai Politik RI Tidak Stabil
KATADATA ? Kurs rupiah kembali melanjutkan pelemahan. Dalam perdagangan hari ini, rupiah ditutup turun 19 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp 12.188 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pelemahan nilai tukar tersebut disebabkan ketidakpastian yang membayangi situasi politik di dalam negeri. Hal ini terutama setelah sidang paripurna DPR menyetujui UU Pemilihan Kepala Daerah pada 26 September lalu.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti mengatakan, investor sangat memerhatikan situasi politik Indonesia. Pengesahan undang-undang tersebut menunjukkan jalannya administrasi Joko Widodo bakal tidak mulus.
?Sekarang fokus (pasar) di Indonesia kan masih politik. Jadi ketidakpastian masih tinggi,? kata Destry kepada Katadata, Selasa (30/9). (Baca: Pasar Takut Kebijakan Ekonomi Jokowi Tersandera)
Menurutnya, rupiah baru akan kembali bergairah setelah Jokowi mengumumkan kabinet dalam administrasinya. Pasar akan menilai kinerja pemerintahan ke depan melalui tiap-tiap personal yang dipilih untuk menempati jabatan menteri tersebut.
?Kunci utamanya, susunan kabinet. Di situ akan bisa kelihatan bagaimana komposisi koalisi Jokowi-JK,? tutur dia. (Baca: Neraca Defisit, Rupiah Terpukul)
Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi menilai rencana the Fed menaikkan suku bunga turut menyebabkan lemahnya rupiah. ?Ini sudah terlihat sekitar dua pekan terakhir,? kata dia.
Apalagi, kondisi perekonomian Indonesia termasuk yang paling rentan dibandingkan negara Asia lainnya. Ini terlihat dari tingkat defisit neraca transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan yang masih tinggi.
Rupiah baru akan menguat signifikan jika defisit transaksi berjalan dapat ditekan hingga mengekati 2 persen dari posisi pada semester I-2014 sebesar 3,1 persen. Pada angka defisit 2 persen, menurut Gundy, ekonomi Indonesia mampu menghadapi tekanan global.
Adapun salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). (Baca: Rupiah Tunggu Respons Jokowi)
Menteri Keuangan Chatib Basri sebelumnya mengatakan, jika harga BBM bersubsidi dinaikkan, rupiah bisa kembali ke posisi Rp 11.900 per dolar AS. bahkan jika the Fed menaikkan suku bunga pada tahun depan.