Rupiah Menguat Seiring Prediksi Surplus Neraca Perdagangan
KATADATA ? Kurs rupiah dalam tiga hari berturut-turut tercatat mengalami penguatan seiring dengan pengumuman neraca perdagangan Indonesia. Pada perdagangan Selasa (1/7), rupiah tercatat naik tipis 3 poin ke level Rp 11.873 per dolar Amerika Serikat (AS) berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 12.13
Menurut Eric Sugandhi, ekonom Standard Chartered Indonesia, penguatan rupiah yang terjadi pada tiga hari terakhir merupakan penyesuaian yang dilakukan investor terhadap neraca perdagangan Indonesia yang diprediksi surplus.
?Market sudah melakukan price in terhadap rupiah. Sebelumnya BI (Bank Indonesia) memperkirakan neraca perdagangan Mei akan surplus US$ 15 juta ? US$ 30 juta,? kata Eric saat dihubungi Katadata, Selasa (1/7).
Dia mengatakan, selain faktor ekspektasi membaiknya neraca perdagangan, penguatan rupiah juga didorong oleh sudah berkurangnya permintaan terhadap dolar AS. Hal ini terkait dengan repatriasi dividen yang secara musiman terjadi setiap kuartal II dan IV.
Selain itu, faktor psikologis yang turut mempengaruhi fluktuasi rupiah, seperti krisis di Timur Tengah untuk sementara mereda. Kekerasan yang terjadi di Irak ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi minyak negara anggota OPEC itu. Harga minyak mentah dunia stabil dan cenderung turun.
Begitu pula dengan situasi politik di dalam negeri. Pasar, kata dia, memang masih menunggu hasil pemilihan presiden (pilpres) pada 9 Juli mendatang. Namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi pergerakan rupiah pada saat ini.
?Jika hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan pasar, rupiah bisa saja akan mengalami pelemahan drastis. Lamanya bisa mingguan,? kata Eric.
?Tapi kami perkirakan rupiah akan kembali normal, karena pasar akan bisa menyesuaikan dengan pemerintahan yang baru. Kami perkirakan rupiah akan berada di level Rp 11.600 per dolar AS pada akhir tahun.?
