Rupiah Menguat ke 14.800/US$ Berkat Racikan Obat untuk Pasien Covid-19
Nilai tukar rupiah pada pasar spot sore ini, Senin (5/10) menguat 0,43% ke level Rp 14.800 per dolar AS. Penguatan rupiah didorong kabar baik kemajuan obat untuk pasien Covid-19 hasil racikan BUMN Farmasi, Kimia Farma dan Indofarma.
Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia menguat sore ini. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Singapura 0,24%, dolar Taiwan 0,41%, won Korea Selatan 0,28%, peso Filipina 0,14%, yuan Tiongkok 0,37%, ringgit Malaysia 0,2%, dan baht Thailand 0,58%. Hanya yen Jepang dan rupee India yang melemah masing-masing 0,32% dan 0,21%.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menempatkan mata uang Garuda pada level Rp 14.867 per dolar AS, naik 23 poin. Rupiah sejak dibuka tadi pagi sudah bergerak di zona hijau seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan ada kabar baik bahwa obat penanganan Covid-19 hasil racikan BUMN farmasi siap digunakan untuk mempercepat penanggulangan pandemi di Tanah Air. Kedua perusahaan farmasi tersebut sudah mampu memproduksi obat untuk penanganan virus corona yaitu Favipiravir yang dapat dipergunakan untuk terapi Covid-19 dan obat anti-Corona Remdesivir dengan nama dagang Desrem™.
Ibrahim menilai ada secercah harapan bahwa masyarakat yang terjangkit pandemi akan berangsur sembuh usai pemasaran obat tersebut. Lonjakan kasus aktif Covid-19 diharapkan melandai.
Ketakutan masyarakat terhadap pandemi diharapkan berkurang. Namun, masyarakat tetap harus menggunakan masker, jaga jarak, dan mencuci tangan dalam beraktivitas lantaran gerakan 3 M merupakan langkah terbaik mencegah infeksi Covid-19 sebelum vaksin tersedia.
"Kalau protokol ini dilakukan dan berjalan sesuai dengan regulasi pemerintah, maka roda ekonomi bisa kembali berputar," tulis Ibrahim dalam rilis hariannya yang diterima Katadata.co.id, Senin (5/10).
Di sisi lain, Ibrahim menuturkan bahwa rupiah juga menguat akibat adanya pelemahan mata uang Negeri Paman Sam. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS turun 0,28% ke level 93,58.
Menurut dia, pelemahan dolar AS terjadi akibat pasar yang kembali lega setelah adanya pemberitaan bahwa Presiden AS Donald Trump akan segera keluar dari Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, tempat dia dirawat karena Covid-19. Selain itu, dolar AS turut melemah seiring pasar yang akan memantau pernyataan dari Ketua Bank Sentral AS, The Fed Jerome Powell yang dijadwalkan untuk menyampaikan pidato utama di konferensi NABE pada esok hari.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra berpendapat bahwa sentimen positif di pasar keuangan hari ini lebih berkaitan dengan membaiknya kesehatan Trump. "Menurut Dokter kepresidenan, Trump bisa keluar rumah sakit paling cepat hari ini," kata Tjendra kepada Katadata.co.id, Senin (5/10).
Meski begitu, pasar tentu saja dinilai ia masih mewaspadai isu tersebut kalau nantinya terjadi perubahan. Di sisi lain, pasar masih menantikan kabar negosiasi paket stimulus AS jilid 2.
Pemimpin Partai Demokrat Kongres AS Nancy Pelosi, mengabarkan bahwa negosiasi masih berlangsung dan ada kemajuan. Kesepakatan stimulus akan memberikan sentimen positif ke pasar keuangan.