Rupiah Terancam Melemah Akibat Konflik Israel - Iran dan Sentimen Pilpres AS

Rahayu Subekti
28 Oktober 2024, 09:47
rupiah
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta, Senin (26/8/2024). Nilai tukar rupiah di pasar spot perkasa di awal perdagangan hari ini di level Rp15.340 per dolar AS, menguat 0,98 persen dibandingkan dengan penutupan Jumat (23/8) di level Rp15.492 per dolar AS dan menjadikan rupiah menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Sejumlah analis memproyeksikan pergerakan rupiah pada hari ini bakal mengalami pelemahan. Hal itu dikarenakan pasar masih mengantisipasi dampak perang di Timur Tengah hingga pemiliu presiden Amerika Serikat (AS) pada 5 November 2024. 

“Rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang menguat. Kira-kira berada di kisaran Rp 15.600 hingga Rp 15.700 per dolar AS,” kata analis komoditas dan mata uang, Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Senin (28/10). 

Menurut Lukman, penguatan dolar AS terjadi karena memanasnya konflik di Timur Tengah seiring dengan serangan balasan Israel ke Iran. Kondisi ini memicu kekuatiran eskalasi situasi di Timur Tengah

Berdasarkan data Bloomberg Senin pagi pukul 09.05 WIB, rupiah dibuka pada level Rp 15.719 per dolar AS. Level rupiah tersebut meningkat 72.50 poin atau 0,46% dari penutupan sebelumnya. 

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Acuan

Tak berbeda, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra juga memperkirakan pelemahan rupiah karena memanasnya situasi di Timur Tengah seiring serangan Israel ke Iran dan Lebanon yang mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman yaitu dolar AS. 

Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS juga lebih kecil karena kondisi ekonomi Negara Paman Sam ini masih solid. Di sisi lain, pelaku pasar juga mengantisipasi kemenangan Donald Trump di Pilpres AS yang akan berlangsung pekan depan. 

“Karena kepemimpinan Trump sebelumnya, telah menimbulkan perang dagang dengan negara lain dan mendorong penguatan dolar AS,” kata Ariston. 

Untuk itu, Ariston memproyeksikan pelemahan rupiah akan terjadi ke arah Rp 15.700 hingga Rp 15.730 per dolar AS. Dengan potensi support di sekitar Rp 15.600 per dolar AS.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan pelemahan rupiah pada level Rp 15.550 hingga Rp 15.750 per dolar AS. Sebab, pelaku pasar juga menantikan data ekonomi Indonesia.

“Investor akan wait and see menjelang rilis inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada pekan pertama November 2024,” ujar Fikri. 

Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...