Ekonomi Tiongkok Pulih, Ekspor Alas Kaki dan Batu Bara RI Melonjak
Badan Pusat Statistik mencatat neraca dagang Indonesia dengan Tiongkok pada Oktober 2020 surplus US$ 148,2 juta, kedua kalinya dalam tahun ini. Ekspor ke Tiongkok pada bulan lalu mencapai US$ 2,86 miliar, naik sebesar US$ 234,7 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
"Angka tersebut naik 8,94% secara bulanan dan 3,42% secara tahunan," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto dalam Konferensi Pers Perkembangan Ekspor-Impor, Senin (16/11).
Komoditas ekspor ke Tiongkok yang meningkat pada periode laporan yaitu alas kaki 70,74% secara bulanan, bahan bakar mineral, termasuk batu bara 70,17%, serta besi dan baja 7,11%. Dengan demikian, Negeri Panda menjadi pangsa ekspor nonmigas terbesar dengan share 20,78% disusul Amerika Serikat 11,9%, Jepang 7,73%, India 6,35%, dan Malaysia 4,68%.
Secara kumulatif, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai mencapai US$ 23,29 miliar dengan porsi mencapai 18,64%, diikuti AS dengan nilai US$ 15,15 miliar (12,12%), dan Jepang sebesar US$ 10,44 miliar (8,36%). Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah besi/baja, batubara, dan minyak kelapa sawit.
Selain Tiongkok, peningkatan ekspor nonmigas juga terjadi ke sebagian besar negara tujuan utama seperti Malaysia yang naik US$ 65,8 juta (11,37%), Italia US$ 24,9 juta (19,11%), Jerman US$ 20 juta (11,02%), Belanda US$ 14,2 juta (6,51%). Kemudian ke Thailand US$ 12,7 juta (3,25%), India US$ 10,4 juta (1,2%), Jepang US$ 3,6 juta (0,33%), dan Korea Selatan US$ 0,4 juta (0,07%).
Adapun penurunan ekspor terjadi untuk tujuan Singapura sebesar US$ 60,1 juta (8,78%), AS US$ 49,6 juta (2,94%), Australia US$ 47,4 juta (19,27%), serta Taiwan US$ 39,4 juta (10,63%). Secara keseluruhan, total ekspor ketiga belas negara tujuan utama naik 2% dari US$ 9,49 miliar menjadi US$ 9,69 miiar. Sementara ekspor ke Uni Eropa yang terdiri dari 27 negara pada Oktober 2020 mencapai US$ 1,15 miliar, naik 15,99% dibanding September 2020.
Berbanding terbalik dengan ekspor, impor dari Tiongkok justru anjlok paling dalam pada Oktober 2020. Nilai impor dari negeri perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut turun US$ 709,1 juta atau 20,22% dari US$ 3,31 miliar pada September 2020 menjadi US$ 2,79 miliar. Penurunan nilai impor tersebut disusul Brasil US$ 77,5 miliar, Taiwan US$ 63 miliar, Kanada US$ 59,4 miliar, dan Afrika Selatan US$ 53,5 miliar.
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah menyebutkan bahwa peningkatan ekspor ke Tiongkok lebih disebabkan mulai pulihnya ekonomi negeri tersebut. "Sehingga mengembalikan permintaan akan produk Indonesia," ujar Piter kepada Katadata.co.id, Senin (16/11).
Ekonomi Tiongkok semakin pulih dari pandemi Covid-19 pada kuartal ketiga 2020 dengan pertumbuhan mencapai 4,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perekonomian terbesar kedua di dunia itu mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,9% sepanjang Januari-September 2020 dibandingkan tiga kuartal pertama tahun lalu.
Di sisi lain, Piter menilai industri dalam negeri sudah mulai bisa bergerak kembali memenuhi permintaan Negeri Panda. Ini sebagai efek dari kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Kinerja ekspor Indonesia membaik pada Oktober 2020. Nilainya mencapai US$ 14,4 miliar, naik 3,1% dibandingkan September 2020 seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.