Data Inflasi AS Tak Mampu Angkat Dolar, Rupiah Berpeluang Menguat
Nilai tukar rupiah melemah 0,07% ke level Rp 14.615 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pasar spot pagi ini, Rabu (14/4). Kendati begitu, mata uang Garuda berpotensi menguat usai rilis data inflasi AS Maret yang melonjak.
Adapun mayoritas mata uang Asia juga menguat terhadap dolar. Mengutip Bloomberg, yen Jepang menguat 0,17%, dolar Hong Kong 0,02%, dolar Singapura 0,17%, dolar Taiwan 0,09%, won Korea Selatan 0,35%, peso Filipina 0,06%, yuan Tiongkok 0,04%, ringgit Malaysia 0,13%, dan baht Thailand 0,18%. Hanya rupee India yang melemah 0,42%.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, imbal hasil atau yield obligasi AS kemarin terkoreksi cukup dalam sekitar 3% menjadi 1,61%. Inilah yang memicu penguatan rupiah terhadap dolar AS. Pagi ini, nilai tukar regional juga terlihat menguat terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
"Terkoreksinya yield surat utang AS dipicu oleh data inflasi bulan Maret. Tapi kenaikannya tidak terlalu mengkhawatirkan pasar," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (14/4).
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat inflasi tahunan melonjak menjadi 2,6% pada Maret, dari 1,7% pada Februari. Meskipun masih lebih rendah dari perkiraan pasar di level 2,7%.
Inflasi Maret lalu juga melonjak dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,6%. Dengan demikian, tingkat inflasi itu merupakan yang terbesar sejak Agustus 2012.
Menurut Ariston, ekspektasi kenaikan inflasi yang tinggi karena pemulihan ekonomi AS memang sempat mendorong penguatan yield obligasi AS belakangan ini. Namun, nyatanya pasar tak terlalu kaget dengan lonjakan tersebut.
Selain itu, sambung dia, hasil lelang obligasi pemerintah AS yang bagus pekan ini juga membantu menurunkan imbal hasil. "Potensi penguatan rupiah ke kisaran Rp 14.550 per dolar, dengan kisaran resisten di level Rp 14.630 per dolar," ujar dia.
Senada, Analis Monex Investindo Futures Faisyal memperkirakan, rupiah hari ini berpeluang untuk menguat di tengah outlook pelemahan dolar AS. "Ini setelah respon pasar yang biasa-biasa saja terhadap data inflasi konsumen AS yang dirilis semalam," kata Faisyal kepada Katadata.co.id.
Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS turun 0,07% ke level 91.79. Dengan begitu, mata uang Negeri Paman Sam loyo terhadap euro, poundsterling Inggris, dolar Australia, dan franc Swiss. Namun berhasil sedikit menguat dibanding dolar Kanada.
Sementara itu, dia menilai, sentimen lain yang dapat menjadi pemicu pelemahan mata uang negeri Paman Sam adalah pernyataan terbaru dari Food and Drug Administration (FDA). Hal ini terkait penghentian sementara pemberian vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson setelah enam orang mengalami pembekuan darah.
"Pernyataan tersebut berpotensi menghambat pemulihan ekonomi AS yang sedang berjalan," ujarnya. Dia pun memperkirakan rupiah akan bergerak di antara Rp 14.580 - 14.690 per dolar sepanjang hari ini.