Pasar Waspadai Kenaikan Inflasi AS, Rupiah Berpotensi Melemah
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,15% ke level Rp 14.300 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Kamis (27/5). Namun, rupiah berpotensi loyo seiring kekhawatiran pasar terhadap potensi kenaikan inflasi AS yang kembali muncul dan dapat memengaruhi kebijakan The Federal Reserve.
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak melemah dari posisi pembukaan ke Rp 14.320 per dolar AS hingga pukul 10.00 WIB. Namun, posisi ini masih menguat dibandingkan posisi penutupan kemarin yang terlihat dalam databoks di bawah ini.
Mayoritas mata uang Asia melemah pagi ini. Yen Jepang turun 0,04%, dolar Singapura 0,13%, dolar Taiwan 0,09%, won Korea Selatan 0,2%, peso Filipina 0,03%, ringgit Malaysia 0,04%, dan baht Thailand 0,18%. Adapun hanya rupee India yang menguat 0,26% dan yuan Tiongkok 0,31%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah kemungkinan melemah hari ini mengikuti sentimen pasar yang mengkhawatirkan kenaikan inflasi di AS. Nilai tukar regional dan utama melemah terhadap dolar AS pagi ini.
"Bank Sentral AS, The Fed akan bersiap mengubah kebijakan moneternya menjadi lebih ketat bila ada indikasi kenaikan inflasi tidak untuk sementara saja," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Senin (27/5).
Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS menguat 0,14% ke level 90.16. Mata uang Negeri Paman Sam perkasa terhadap sebagian besar mata uang utama dunia, seperti euro, pound Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss.
Ariston menyampaikan bahwa inflasi AS berdasarkan indikaor indeks harga konsumen telah naik di atas 2% selama dua bulan terakhir, Maret dan April 2021 masing-masing sebesar 2,6% dan 4,2%. The Fed menetapkan target inflasi 2% sebagai ukuran untuk menetapkan kebijakan moneter yang baru yang lebih ketat. Pasar tengah menantikan data indikator inflasi AS lainnya, yaitu Core Price Consumption Expenditures (PCE) Index bulan April yang akan dirilis besok, untuk mengonfirmasi isu kenaikan inflasi ini.
Di sisi lain, sikap Bank Indonesia yang memutuskan suku bunga acuan tetap di level 3,5%, dinilai Ariston, dapat menahan laju pelemahan nilai tukar rupiah karena perbedaan imbal hasil yang besar dengan dolar AS masih terjaga. "Potensi pelemahan rupiah ke kisaran Rp 14.360 dengan potensi support di kisaran Rp 14,.300 per dolar AS," ujar dia.
Dolar AS mendapat dukungan dari pandangan yang muncul bahwa The Fed secara perlahan tapi pasti mencapai diskusi tentang pengetatan kebijakan moneter. Namun, para pejabat The Fed meremehkan kekhawatiran pasar bahwa kenaikan inflasi akan mendorong respons kebijakan secara spontan. Namun, mereka mengatakan waktu pembicaraan terkait perubahan kebijakan kemungkinan sudah dekat.
"Itu mungkin di balik kekuatan dolar AS yang kami lihat saat ini," kata Ahli Strategi Mata Uang Commonwealth Bank of Australia Kim Mundy melalui telepon dari Sydney dikutip dari Reuters.
Para ekonom memperkirakan harga inti PCE akan melonjak 2,9% pada bulan April 2021. Sebelumnya, data tersebut menunjukkan kenaikan 1,8% pada Maret.