Imbas Covid-19, Goldman Sachs Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Hanya 3,4%
Goldman Sachs memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 beberapa negara di Asia Tenggara, seiring melonjaknya infeksi Covid-19 yang diakibatkan virus corona varian Delta.
Penyebaran varian Delta yang lebih menular mendorong lonjakan kasus Covid-19 ke rekor tertinggi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini menyebabkan pembatasan yang lebih ketat, terutama di Indonesia dan Thailand, dan perpanjangan pembatasan di Malaysia.
Sedangkan di Filipina, kenaikan kasus menutup kemungkinan pelonggaran kebijakan jarak sosial tahun ini. Oleh karena itu lembaga keuangan multinasional asal Amerika Serikat (AS) ini memangkas proyeksi pertumbuhan untuk keempat negara ini lebih dari 100 basis poin.
“Lonjakan virus yang tinggi dan pembatasan yang lebih ketat kemungkinan akan lebih membebani secara signifikan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun 2021, daripada yang diperkirakan sebelumnya,” kata para ekonom Goldman Sachs, seperti dikutip CNBC International, Jumat (16/7).
Untuk Singapura dan Thailand, yang kenaikan kasusnya lebih terkendali, Goldman hanya memangkas sedikit proyeksi pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut. Simak databoks berikut:
Peningkatan pesat dalam infeksi Covid-19 di seluruh Asia Tenggara telah terjadi karena lambatnya vaksinasi di wilayah tersebut, kecuali Singapura.
Berdasarkan data terbaru dari Our World in Data, Singapura memiliki salah satu tingkat vaksinasi tercepat secara global, dengan lebih dari 41% populasinya divaksinasi penuh (suntikan dua dosis vaksin).
Tetapi wilayah lainnya jauh lebih lambat: Malaysia baru memvaksinasi penuh 12,4% populasinya, sementara Indonesia baru 5,7% penduduknya. Sedangkan di Thailand dan Filipina tingkat vaksinasi masih kurang dari 5% populasi.
Singapura, yang memperketat langkah-langkah jarak sosial pada awal Mei, mulai melonggarkan pembatasan bulan lalu. Ekonom Goldman memperkirakan Malaysia akan bisa melakukannya pada kuartal keempat, sementara negara Asia Tenggara lainnya baru bisa melakukannya pada paruh pertama 2022.
“Pertumbuhan ekonomi global yang lebih kuat akan sangat menguntungkan ekonomi berorientasi perdagangan seperti Singapura dan Malaysia. Malaysia, yang merupakan eksportir komoditas bersih, juga kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dari harga komoditas yang lebih tinggi,” kata ekonom Goldman.
Sementara itu, eksposur yang lebih besar untuk sektor-sektor seperti pariwisata, eksposur yang lebih rendah terhadap perdagangan global, dan penyangga kebijakan yang terbatas, akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih rendah di Indonesia dan Thailand, dan meredam rebound ekonomi Filipina.