Sri Mulyani Kritik Korupsi Bupati Probolinggo, Beberkan Efek Buruknya
Menteri Keuangan Sri Mulyani ikut angkat bicara terkait korupsi yang melibatkan Bupati Probolinggo. Sri Mulyani menjabarkan indikator kesejahteraan Probolinggo yang masih buruk, termasuk angka kemiskinan di tengah besarnya anggaran belanja yang diterima wilayah tersebut.
"Korupsi adalah musuh utama dan musuh bersama dalam mencapai tujuan kemakmuran yang berkeadilan," demikian tertulis unggahan Sri Mulyani di akun Instagramnya seperti dikutip Katadata.co.id, Senin (6/9).
Sri Mulyani menjelaskan, transfer keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) ke Kabupaten Probolinggo dalam sepuluh tahun terakhir sudah mencapai Rp 15,2 triliun. Transfer dana tersebut pada tahun ini mencapai Rp 1,8 triliun, naik hampir dua kali lipat dari anggaran 2012 Rp 959 miliar.
Total dana desa yang diterima daerah ini dalam enam tahun terakhir sudah mencapai Rp 2,15 triliun untuk 325 desa. Satu desa rata-rata menerima Rp 1,32 miliar tahun ini, naik dari rata-rata Rp 291 juta tahun 2015.
Sri Mulyani mengatakan, besarnya anggaran yang digelontorkan pemerintah belum sesuai dengan output yang dihasilkan. Ia menjelaskan, tingkat kemiskinan di Probolinggo masih tinggi meski berhasil turun dari 20,98% pada 2019 menjadi 18,61% pada Maret tahun lalu. "Hampir satu dari lima penduduk masih miskin," tulis Sri Mulyani.
Tingkat kemiskinan di Probolinggo juga lebih tinggi dari persentase nasional 9,78%. Demikian pula jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di provinsi Jawa Timur 11,09% pada periode yang sama.
Ia juga menyebut indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Probolinggo masih jauh dari angka nasional yang mencaai 71,94 meski naik pada tahun lalu dari 64,12 pada 2015 menjadi 66,07. Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tahun ini naik dari 2,89% tahun 2015 menjadi 4,86% tahun ini.
Dari sisi indikator kesehatan, Sri Mulyani juga menyoroti anak usia dibawah dua tahun yang mengalami kurang gizi alias stunting di Probolinggo. Angkanya terus naik sepanjang 2015-2019. Pada tahun 2015, terdapat 21,99% anak-anak di Probolinggo mengalami stunting, kemudian naik menjadi 34,04% tahun 2019.