Pemerintah Akui Transformasi Ekonomi RI Lambat, Kalah dari Vietnam
Kementerian Keuangan mengakui transformasi ekonomi di Indonesia bergerak lebih lambat dibandingkan sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara. Malaysia hingga Vietnam saat ini sudah bertransformasi ke ekonomi berbasis teknologi yang bernilai tinggi.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan Abduroham mengatakan, pemerintah sudah sejak lama melakukan pengamatan terhadap struktur ekonomi Indonesia, terutama dengan melihat pola pertumbuhan ekonomi. Salah satu perhatian pemerintah adalah transformasi ekonomi yang masih lambat.
"Memang ekonomi kita ini terlambat melakukan transformasi sehingga kita masih tertahan di tengah (middle income) ," kata Abduroham dalam acara webinar Brown Bag Seminar, Kamis (24/2).
Akibat lambatnya transformasi ekonomi, Abdurohman menyebut Indonesia telah kehilangan comparative advantage dari sektor tenaga kerja. Banyak negara yang saat ini sudah masuk ke industri baru.
Masalah lainnya, menurut dia, adalah struktur industri yang belum memiliki nilai tambah yang besar. Ini terlihat dari ekspor Indonesia yang selama ini masih mengandalkan produk primer berupa bahan-bahan mentah.
Meskipun Indonesia sudah mengembangkan hilirisasi industri, menurut dia, nilai tambahnya terhadap ekspor belum signifikan."Ekspor produk berbasis teknologi tinggi atau menengah, kita masih jauh sekali dibandingkan dengan katakanlah Malaysia, Thailand atau Vietnam," kata Abdurohman.
Ia membandingkan struktur ekspor Vietnam yang saat ini mulai didominasi produk yang berbasis teknologi tinggi. Ini berbeda dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya dimana produknya juga masih mengandalkan ekspor komoditas primer.
Di Malaysia, transformasi ekonomi juga tidak kalah cepat. Abdurohman mengatakan, industri di Malaysia lebih maju dibandingkan Indonesia. "Mereka sudah mengembangkan semi konduktor, sementara kita masih didominasi oleh manufaktur yang padat karya dan berbasis sumber daya alam," kata dia.
Kementerian Perencanaan Pembangunan (PPN)/Bappenas juga berulang kali menekankan transformasi ekonomi menjadi kunci pertumbuhan yang lebih kuat pasca Covid-19. Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kencang jika ingin mencapai target menjadi negara berpendapatan tinggi atau negara maju.
"Sebelum pandemi kita hanya tumbuh rata-rata 5% per tahun, dengan pertumbuhan itu tidak mampu membawa kita keluar dari middle income trap pada tahun 2045. Karena itu ada urgensi bagi Indonesia melakukan transformasi ekonomi," kata Deputi bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasantidalam webinar Presidensi G20 Indonesia: Transformasi Ekonomi untuk Penguatan dan Pemulihan Bersama yang digelar Katadata.co.id, Kamis (24/2).
Selain masih didominasi ekspor bahan mentah, tantangan dari ekonomi Indonesia juga masih rendahnya diversifikasi produk ekspor. Di samping itu, Indonesia juga memiliki angkatan kerja yang banyak tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang dinilai belum cukup. Dari sisi skill tenaga kerja juga masih rendah.
Tantangan lainnya yakni biaya logistik yang masih tinggi. Karena itu, menurutnya salah satu tugas penting dalam transformasi ekonomi Indonesia, yaitu melanjutkan perbaikan infrastruktur dan konektivitas.