BI Cetak Surplus Anggaran Rp 26 Triliun Pada Tahun Lalu
Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus anggaran mencapai Rp 26,12 triliun pada tahun lalu. Realisasi surplus ini sedikit lebih rendah dibandingkan 2020 yang mencapai Rp 26,28 triliun.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, penerimaan bank sentral sepanjang tahun lalu mencapai Rp 95,8 triliun, jauh di atas target Rp 79,89 triliun. BI mencatat, semua sumber penerimaan berhasil mencapai target. Penerimaan operasional mencapai 101,7% dari target atau Rp 28,24 triliun.
"Ini lebih tinggi dari rencana terutama dari pendapatan kupon surat-surat berharga (SSB) valuta asing sebesar Rp 19,39 triliun.," kata Perry dalam rapat dengan Komisi XI DPR RI terkait realisasi Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI), Selasa (22/3).
BI juga mencatat penerimaan kebijakan melampaui target yakni 129,6% atau mencapai Rp 67,55 triliun. Peningkatan pada penerimaan kebijakan ini terutama berasal dari pendapatan bunga Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 38,04 triliun, bertambah Rp 19,2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan pendapatan dari bunga SBN ini sejalan dengan meningkatnya kepemilikan SBN oleh BI.
Dari sisi pengeluaran, BI sepanjang tahun lalu telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 69,68 triliun. Realisasi pengeluaran ini hanya 77,4% dari pagu sebesar Rp 90 triliun.
Semua komponen pengeluaran BI tahun lalu di bawah target. Pengeluaran operasional tercatat sebesar Rp 11,18 triliun atau 93% dari target. Pengeluaran ini digunakan untuk pembayaran gaji dan insentif, remunerasi, kebijakan SDM dan lain-lain.
Pengeluaran untuk kebijakan pada tahun lalu juga hanya mencapai 74,9% pagu atau sebesar Rp 58,5 triliun. "Porsi pengeluaran terbesar berasal dari penetapan dan pelaksana kebijakan moneter yang terutama berkaitan upaya kami menjaga inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah mencapai Rp 54,7 triliun," kata Perry.
Perry juga mencatat, kinerja pelaksanaan tugas BI pada tahun lalu tercapai dengan baik. Ini tercermin dari 24 indikator kinerja utama BI yang hampir seluruhnya berhasil melebih target, baik di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran, kebijakan pasar uang, ekonomi keuangan syariah, serta kebijakan internasional dan kelembagaan.
Adapun untuk tahun ini, BI memiliki target penerimaan operasional sebesar Rp 28,41 triliun atau naik tipis dari realisasi tahun lalu. Sementara itu, pengeluaran operasional tahun ini ditetapkan Rp 14,29 triliun, juga lebih tinggi Rp 3 triliun dari realisasi tahun lalu.
Beberapa indikator kinerja utama BI pada tahun ini, antara lain:
- Bidang Moneter
- Inflasi di kisaran 3% plus minus 1%
- Menjaga volatilitas nilai tukar dan cadangan devisa di atas 6 bulan impor.
- Stabilitas Sistem Keuangan dan UMKM
- Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebesar 84%-94%
- Pengembangan lebih dari 1.800 UMKM
- Sistem Pembayaran
- Transaksi digital dan layanan jasa sistem pembayaran dengan lebih dari 17 juta transaksi
- Tingkat kelayakan uang rupiah range soil level UPB sebesar 8-10 dan UPK 6-8
- Pendalaman pasar uang
- Dukungan ekonomi Syariah