Berkah Lonjakan Harga Komoditas, Ekspor Indonesia Maret Melesat 29,4%
Badan Pusat Statistik mencatat ekspor pada Maret 2022 mencapai US$ 26,5 miliar, melesat 29,42% dibandingkan bulan sebelumnya atau 44,36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ekspor terutama didorong oleh masih melesatnya sejumlah harga komoditas, salah satunya batu bara.
"Ekspor sebesar US$ 26,5 miliar ini terdiri dari ekspor migas US$ 1,41 miliar dan nonmigas US$ 25,09 miliar," ujar Margo dalam konferensi pers Eksor-Impor Maret 2022, Senin (18/4).
Ia menjelaskan, ekspor migas bulan lalu tumbuh 41,24% secara bulanan atau 54,75% secara tahunan. Sementara ekspor nonmigas tumbuh 28,82% secara bulanan atau 43,82% secara tahunan.
Margo menjelaskan, kenaikan ekspor migas secara bulanan terutama didorong oleh kenaikan harga bahan bakar mineral atau HS27 yang naik 54,45%, serta besi dan baja atau HS72 yang naik 37,15%. Sedangkan ekspor migas ditopang oleh kenaikan harga minyak mentah 48,59% dan hasil minyak naik 40,57%
Secara perinci pada sektor nonmigas, kenaikan ekspor paling tinggi terjadi pada sektor pertambangan dan lainnya yang mencapai 50,18% dibandingkan bulan sebelumnya atau 143,91% dibandingkan periode yang sama tahun lalu mencapai US$ 5,4 miliar.
Kenaikan juga terjadi pada sektor industri pengolahan yang mencapai 23,99% secara bulanan atau 29,83% secara tahunan menjadi US$ 19,26 miliar. Adapun sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 7,67% secara bulanan atau 23,27% menjadi US$ 0,43 miliar.
Margo mencatat, kenaikan ekspor terutama didorong oleh harga sejumlah komoditas utama Indonesia masih melonjak pada Maret dibandingkan bulan sebelumnya. Ia mencatat harga batu bara secara bulanan masih melonjak 49,91%, nikel naik 41,26%, dan minyak sawit mentah atau CPO naik 16,72%. Kenaikan harga juga masih terjadi pada harga minyak mentah Indonesia sebesar 18,58%, serta tembaga, alumunium, dan emas.
"Namun demikian, ada juga beberapa harga yang turun, di antaranya karet, timah, dan minyak kernel," kata dia.
Berdasarkan negara tujuannya, kenaikan ekspor msih tercatat untuk tujuan Cina sebesar US$ 1,76 miliar, India US$ 628,2 juta, Amerika Serikat US$ 439,9 juta, Vietna, US$ 343,5 juta, dan Malaysia US$ 301,8 juta.
"Ekspor terbesar ke Cina kalau dilihat komoditasnya berupa bahan bakar mineral, nikel, dan barang daripadanya," katanya.
Sementara penurunan ekspor terjadi untuk tujuan Rusia US$ 88,1 juta, Turki US$ 59,2 juta, Bulgaria US$ 31,5 juta, Mauritania US$ 26,1 juta, dan Ukraina US$ 23,3 juta.
"Ekspor ke Rusia dan Ukraina terjadi penurunan karena memang sedang terjadi konflik," ujarnya.
Ia menjelaskan, penurunan ekspor ke Rusia terutama untuk produk minyak dan hewan nabati serta mesin dan perlatan elektrik. Sedangkan ke Ukraina, kalau dilihat komoditasnya adalah lemah dan minyak hewan nabati, serta kertas, karton, dan barang daripadanya.
Sebelum terjadi perang, ekspor Indonesia ke Rusia mencatatkan tren kenaikan hingga mencatatkan surplus seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.