Survei BI: Tabungan Turun, Masyarakat Menengah Atas Mulai 'Jajan'
Survei Bank Indonesia menunjukkan rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang dipakai untuk konsumsi meningkat sementara alokasi untuk tabungan turun. Kenaikan proporsi untuk konsumsi terutama terjadi pada konsumen dengan kelompok pengeluaran Rp 4,1 juta ke atas.
"Sejalan dengan menguatnya optimisme konsumen terhadap penghasilan pada Mei 2022, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi mengalami peningkatan, sementara rata rata proporsi pembayaran cicilan atau utang cenderung stabil," kata BI dalam laporannya, Kamis (9/6).
Rata-rata proporsi pendapatan yang dipakai untuk konsumsi atau average propensity to consume ratio pada bulan Mei meningkat dari 73,9% menjadi 74,3%. Kenaikan tertinggi pada kelompok pengeluaran Rp 4,1-5 juta sebesar satu poin persentase menjadi 71,1%. Pada kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta, kenaikannya sebesar 0,7 poin persentase menjadi 68,8%.
Kelompok lainnya yang juga naik yaitu penghasilan Rp 3,1-4 juta sebear 0,1 poin persentase menjadi 72,3%. Pada kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta terpantau tidak berubah sementara pengeluaran Rp 2,1-3 juta turun 0,5 poin persentase.
Seiring kenaikan pada proporsi konsumsi, alokasi pendapatan konsumen yang ditabung menyusut 0,4 poin persentase menjadi 16%. Penurunan tajam terutama terjadi pada kelompok pengeluaran di atas Rp 4,1 juta yang proporsi konsumsinya juga meningkat paling tinggi.
Rasio tabungan pada kelompok pengeluarn Rp 4,1-5 juta turun 1,8 poin presentasi menjadi 16%. Pada kelompok pengeluaran diatas Rp 5 juta mencatat penurunan 1,2 poin persentase menjadi 18,1%. Penurunan juga pada kelompok pengeluaran Rp 3,1-4 juta sebesar 0,7 poin persentase menjadi 16,3%. Sebaliknya, rasio tabungan oleh kelompok pengeluaran Rp 1-3 juta naik masing-masing 0,2 poin persentase menjadi 17% dan 16,7%.
"Sementara rata-rata rasio pembayaran cicilan/utang atau debt to income ratio tetap pada angka 9,7%," kata BI.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menilai meningkatnya proporsi pendapatan konsumen yang dipakai untuk konsumsi disebabkan oleh efek dari momentum lebaran. Namun, konsumsi memang cenderung melambat setelah libur panjang berakhir.
"Jadi secara seasonal, karena ada faktor lebaran membuat konsumsi pada Mei lebih tinggi, kemudian pada Juni akan sedikit lebih rendah dari Mei tapi masih akan lebih tinggi dibandingkan Juni tahun lalu," kata Irman kepada Katadata.co.id
Ia memperkirakan, proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi akan meningkat secara bertahap. Hal ini didorong oleh kondisi domestik yang semakin baik sehingga mendorong ekspektasi konsumen membaik. Survei BI juga menunjukkan ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi enam bulan ke depan meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) Mei 2022 sebesar 141,5 yang lebih tinggi dari 127,2 pada April 2022.
"Kalau ekspektasinya membaik, keinginan dari konsumen untuk melakukan belanja juga meningkat," kata Irman.