Imbas The Fed, Porsi Asing dalam Surat Utang Negara Diramal Turun
Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan mendorong asing keluar dari pasar keuangan domestik, terutama pada Surat Berharga Negara (SBN). Meski demikian, kondisi ini tidak selamanya negatif karena dapat mendorong proporsi asing dalam komposisi utang pemerintah berkurang.
Seperti diketahui, The Fed telah mengumumkan kenaikan bunga yang agresif, sebesar 75 bps pada pertemuan pekan lalu. Akan tetapi keriuhan di pasar keuangan soal kenaikan bunga The Fed sudah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir. Hal ini yang juga mendorong arus modal keluar dari pasar SBN sejak awal tahun, atau year-to-date (ytd) mencapai Rp 96,49 triliun.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, keluarnya modal asing tersebut dari pasar SBN dipengaruhi sikap The Fed yang semakin hawkish, sementara BI masih dovish dengan menahan suku bunga acuannya pada level 3,5%. Keluarnya dana asing ini turut mempengaruhi komposisi asing dalam surat utang milik pemerintah.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) per 15 Juni 2022, kepemilikan asing dalam SBN tradable tercatat 16,56%, termasuk yang dipegang oleh pemerintah maupun bank sentral negara lain. Nilainya sudah menyusut 2,54 poin persentase dari posisi awal tahun ini. Proporsi tersebut juga turun tajam dari periode yang sama tahun lalu masih 23,11%.
"Capital outflow masih berpotensi terjadi hingga akhir tahun, mungkin kepemilikan asing di SBN domestik bisa turun sampai ke 10-12%, jika BI tak kunjung menyesuaikan suku bunga," kata Irman kepada Katadata.co.id, Senin (20/6).
Sementara, Kepala Ekonom Bank Permata, Joshua Pardede, melihat penurunan porsi asing kemungkinan akan lebih terbatas ke depannya. Sebab, tekanan inflasi kemungkinan akan melandai, dan pasar sudah melakukan priced in untuk kenaikan bunga The Fed. Hal ini menyebabkan arus keluar modal asing dari pasar SBN kemungkinan juga sedikit mereda.
"Dengan potensi harga komoditas yang melandai dan inflasi mulai turun, mestinya ini akan memberikan ekspektasi bahwa The Fed sampai akhir tahun ini tidak akan lebih agresif lagi, sehingga ini bisa membatasi keluarnya dana asing dari pasar obligasi," kata Josua kepada Katadata.co.id.
Selain itu, munculnya isu baru resesi ekonomi global juga membuat minat investor ke pasar obligasi dapat meningkat. Kekhawatiran tersebut bisa mendorong modal asing berpindah dari yang saat ini masih mengalir deras ke pasar saham, untuk kemudian masuk ke pasar obligasi.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet, juga melihat penurunan porsi asing akan semakin terbatas ke depannya. Hal ini karena penurunan sudah cukup signifikan, khususnya selama lebih dari dua tahun ini. Adapun investor asing yang masih ada saat ini bisa dikategorikan sebagai investor 'setia' yang percaya terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.
Ia menyebut, semakin berkurangnya porsi asing telah mengurangi kerentanan pasar keuangan domestik jika muncul risiko baru. Ini dikarenakan, jika kepemilikan asing masih cukup besar, maka dengan adanya 'gonjang-ganjing' baru berpotensi membuat arus modal keluar secara besar-besaran.
"Kalau ada isu tertentu yang mempengaruhi investor asing, mereka bisa tiba-tiba keluar, sehingga ini mempengaruhi beragama hal, bukan hanya di pasar utang tapi juga pelemahan nilai tukar rupiah," kata Yusuf.
Meski demikian, semakin berkurangnya porsi asing juga menyisakan 'pekerjaan rumah' baru bagi pemerintah yang harus lebih kreatif dalam menyediakan instrumen pembiayaan utang valas.