IMF Peringatkan Risiko Krisis Utang jika Cina 'Salah Langkah'

Abdul Azis Said
11 Juli 2022, 16:10
IMF, utang negara berkembang, utang
123rf/maksym yemelyanov
IMF menyebut hampir sepertiga dari negara-negara pasar berkembang dan dua kali lipat proporsi negara-negara berpenghasilan rendah berada dalam kesulitan utang

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mendorong Cina dan negara-negara G20 lainnya untuk mempercepat langkah pengurangan utang bagi negara-negara miskin yang mulai kesulitan membayar. Lembaga ini memperingatkan risiko besar yang mengintai jika Cina dan negara-negara kreditor tak juga bergerak. 

Mengutip Reuters, Georgieva mengatakan pentingnya untuk memulai Kerangka Kerja Bersama pengurangan utang yang diadopsi oleh G20 dan kreditur resmi Klub Paris pada Oktober 2020. Kesepakatan tersebut hingga kini belum memberikan hasil.

"Ini adalah topik di mana kita tidak dapat berpuas diri. Jika kepercayaan terkikis, kita tidak tahu di mana krisis akan berakhir," kata kepala Dana Moneter Internasional itu dalam wawancara akhir pekan lalu menjelang pertemuan pejabat keuangan di Indonesia pekan ini. .

Georgieva telah berbicara dengan Presiden Joko Widodo selama pertemuan Kelompok Tujuh bulan lalu di Jerman dan mendesaknya untuk mendorong kesepakatan yang lebih besar terkait masalah utang ini sebelum KTT para pemimpin G20 pada bulan November. Indonesia memiliki kewenangan sebagai presidensi G20 tahun ini. 

"Para pemimpin G20 tidak ingin berada dalam situasi di mana masalah itu mendominasi pembicaraan, hanya karena selama ini kami tidak membuat kemajuan," kata Georgieva.

Para pejabat Barat mengkritik Kerangka Kerja Umum G20 yang berlarut-larut selama hampir dua tahun terakhir, menanti persetujuan Cina sebagai negara kreditur terbesar dan kreditur sektor swasta. 

Georgieva mengatakan, hampir sepertiga dari negara-negara pasar berkembang dan dua kali lipat proporsi negara-negara berpenghasilan rendah berada dalam kesulitan utang. Situasi mereka pun semakin memburuk karena ekonomi negara maju mulai menaikkan suku bunga.

"Arus keluar modal dari pasar negara berkembang terus berlanjut dan hampir satu dari tiga negara ini sekarang memiliki suku bunga 10% atau lebih tinggi," kata Georgieva.

Ia mencatat, lebih banyak negara berpenghasilan menengah, termasuk Sri Lanka dan Malawi, mencari bantuan pendanaan dari negara lain. Perang di Ukraina telah memperburuk krisis pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang yang dihadapi karena pandemi.

Georgieva mengatakan, sangat penting untuk menyepakati penghapusan utang untuk Zambia, Chad dan Ethiopia, tiga negara Afrika yang telah meminta bantuan di bawah Common Framework dan yang komite krediturnya bertemu bulan ini.

Dia mendesak Cina untuk berkoordinasi lebih baik dan memperingatkan bahwa langkah Beijing akan menjadi yang pertama mengalami dampak buruk jika masalah utang saat ini berujung pada krisis besar-besaran.

Georgieva mengatakan telah Cina agar setuju menjadi ketua bersama komite kreditur Zambia. "Pesan saya kepada semua orang adalah, mari berhenti menuding. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan," kata dia.

Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...