Sri Mulyani Beberkan Bukti Suramnya Ekonomi Dunia, Apakah RI Aman?

Abdul Azis Said
26 September 2022, 17:53
sri mulyani, ekonomi dunia, perlambatan ekonomi
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut konsumsi rumah tangga di dalam negeri diperkirakan relatif stabil di sisa tahun ini.

Tekanan inflasi mendorong perlambatan ekonomi dunia sehingga mendorong risiko terjadinya resesi pada tahun depan. Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan bukti mulai terjadinya perlambatan, salah satunya terlihat dari lesunya sektor manufaktur di banyak negara.

"Tren terjadinya pelemahan sudah terlihat mulai kuartal kedua di berbagai negara, kemungkinan pelemahan semakin dalam pada kuartal ketiga dan keempat, sehingga prediksi mengenai pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan, termasuk kemungkinan resesi, mulai muncul," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA edisi September, Senin (26/9).

Mayoritas negara di dunia mengalami perlambatan ekonomi memasuki kuartal kedua. Amerika Serikat, Cina, Jerman, Inggris, Eropa, hingga Afrika Selatan mencatat kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang jauh di bawah realisasi kuartal pertama. Beberapa negara seperti Jepang, Thailand, Meksiko dan Italia termasuk dalam daftar negara yang ekonomi bahkan belum bangkit dari pandemi.

Sementara itu, level produk domestik bruto (PDB) beberapa negara seperti Jerman, Afrika Selatan, Perancis hingga Inggris sebetulnya sudah pulih, tetapi relatif belum tumbuh signifikan dibandingkan level sebelum pandemi. 

Sri Mulyani menyebut, perlambatan ekstrim yang terjadi di banyak negara pada periode April-Juni tahun ini kemungkinan masih akan berlanjut setidaknya sampai akhir tahun. Salah satu indikatornya, yakni indeks PMI manufaktur global  tercatat turun dari 51,1 pada Juli menjadi 50,3 point, sedikit lagi masuk ke zona kontraksi. Level PMI manufaktur global tersebut merupakan yang terendah dalam 26 bulan.

"Oleh karena itu, kami harus antisipasi kemungkinan kinerja perekonomian dunia yang akan mengalami pelemahan akibat inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga. Ini memang sudah kita lihat pada aktivitas manufaktur global," kata Sri Mulyani.

Hampir separuh dari manufaktur negara anggota G20 dan ASEAN-6 bertahan di zona kontraksi. Ini termasuk Eropa, Jerman, Italia, Inggris, Cina, Korea Selatan, Kanada, Meksiko, Spanyol dan Turki. Hampir sepertiganya melambat sekalipun masih bertahan di zona ekspansi. Sementara itu, beberapa negara mencatat akselerasi terutama di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.

Tekanan di pasar keuangan global juga kembali meningkat setelah sempat sedikit mereda memasuki pertengahan bulan lalu. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja manufaktur global yang menunjukkan perlambatan risiko krisis energi di Eropa serta arah kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed yang makin agresif.

Indeks saham Eropa dan pasar negara emerging terpantau turun. Keluarnya modal asing dari pasar keuangan juga berlanjut termasuk dialami Indonesia. Hal ini juga memicu indeks dolar AS menguat dan berbanding terbalik dengan mata uang negara emerging yang ramai-ramai terkoreksi. 

Bagaimana Kinerja Indonesia?

Indonesia tampaknya masih cukup aman dari risiko perlambatan setidaknya hingga akhir tahun ini. Sri Mulyani, dalam paparannya, menunjukan bahwa konsumsi rumah tangga diperkirakan relatif stabil di sisa tahun ini. Dorongan kinerja ekspor yang sangat kuat juga akan menopang pertumbuhan ekonomi. 

Ia juga mengutip berbagai survei dari lembaga internasional yang memperkirakan ekonomi Indonesia masih akan tumbuh di atas 5% pada tahun ini. Perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF), ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,3% tahun ini, Bank Dunia 5,1%, Bank Pembangunan Asia (ADB) 5,4% dan konsensus Bloomberg di 5,2%. 

Berbagai indikator ekonomi sampai dengan bulan lalu masih menunjukkan kinerja positif. PMI Manufaktur Indonesia naik ke 51,7 dari bulan Juli sebesar 51,3 point. Konsumsi listrik yang masih tumbuh kuat baik bisnis maupun Industri, masing-masing 24,1% dan 11,2%. Indeks Penjualan ritel juga tumbuh 5,4% .

"Dalam negeri, kegiatan ekonomi mulai menunjukan kinerja yang juga mulai positif, dilihat dari Google Mobility Index yang sudah di atas pandemi di 19,5% pada 16 September. Meskipun kemarin ada kebijakan harga BBM, tapi tidak mempengaruhi mobilitas," kata Sri Mulyani.

Grafik:

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...