Pendapatan Negara Tembus Rp 1.700 T per Agustus, APBN Surplus Besar

Abdul Azis Said
26 September 2022, 18:27
APBN 2023, surplus APBN, APBN, pendapatan negara
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pertumbuhan pendapatan negara masih cukup stabil pada Agustus 2022 dibandingkan bulan sebelumnya.

Kementerian Keuangan melaporkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir bulan lalu kembali mencetak surplus sebesar Rp 107,4 triliun, menandai surplus selama delapan bulan berturut-turut. Realisasi pendapatan negara tumbuh hingga dua digit melampaui realisasi belanja negara yang mulai meningkat. 

Adapun surplus hingga Agustus setara dengan 0,58% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi ini juga lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 106,1 triliun maupun dibandingkan Agustus 2021 yang justru defisit dalam hingga Rp 383,1 triliun.

Kementerian Keuangan juga mencatat, surplus keseimbangan primer juga meningkat dari Rp 316,1 triliun pada Juli menjadi Rp 342,1 triliun pada bulan lalu. Realisasi keseimbangan primer ini menunjukkan kenaikan empat kali lipat dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu.

Kinerja moncer APBN hingga bulan lalu terjadi berkat realisasi pendapatan negara yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan belanja. Selama delapan bulan, pemerintah sudah mengumpulkan pendapatan negara mencapai Rp 1.764,4 triliun, tumbuh 49,8% dibandingkan tahun lalu.

"Pertumbuhan masih cukup stabil dari pajak, bea cukai dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dibandingkan bulan sebelumnya," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers secara daring, Senin (26/9).

Ia mencatat, pertumbuhan yang masih kuat pada pendapatan negara itu merupakan dampak dari harga komoditas dan pemulihan ekonomi yang terjaga. Meski demikian, Sri Mulyani mengingatkan, trennya  kemungkinan akan melambat ke depan.

Penerimaan pajak hingga Agustus 2022 mencapai Rp 1.171,8 triliun atau tumbuh 58,1% dari tahun lalu. Penerimaan kepabeanan dan cukai tercatat tumbuh 30,5% menjadi Rp 206,2 triliun, sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tumbuh 38,9% menjadi Rp 386 triliun.

Di sisi lain, belanja negara tumbuh lebih lambat yakni hamya mencapai 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  Namun demikian, inisudah lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi belanja yang mencapai Rp 1.657 trilun terutama terakselerasi oleh belanja pemerintah pusat yang tumbuh 8,3%, sedangkan belanja transfer ke daerah hanya tumbuh 1,3%.

Seiring neraca keuangan negara yang masih bisa dipertahankan surplus, Sri Mulyani melaporkan pembiayaan utang tahun ini sudah turun 40,1% dibandingkan tahun lalu. Realisasi pembiayaan utang hingga Agustus sebesar Rp 331,2 triliun. Realisasi ini juga baru mencapai sekitar sepertiga dari target tahun ini.

Adapun penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara neto sebesar Rp 317,3 triliun atau turun 44% dibandingkan tahun lalu. Namun demikian, realistis pinjaman neto naik Rp 193% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 13,8 triliun.

"Dengan surplus ini kemudian penerbitan utang yang lebih rendah. Defisit tahun ini yang lebih rendah menjadikan strategi APBN kita sangat sesuai dengan tantangan cost of fund tinggi, guncangan di sektor keuangan maupun tren kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga mencatat sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) pada APBN tahun ini meningkat dari bulan Juli sebesar Rp 302,8 triliun menjadi Rp 394,2 triliun pada bulan lalu.

Grafik:

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...