Rupiah Melemah ke 14.967 per Dolar AS Tertekan Data Ekonomi AS
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 22 poin ke level Rp 14.970 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah melemah tertekan data pertumbuhan ekonomi AS kuartal empat 2022 semalam yang di atas ekspektasi pasar.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat dari posisi pembukaan ke arah Rp 14.967 pada pukul 10.15 WIB, tetapi masih melemah dibandingkan posisi penutupan kemarin di Rp 14.948 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Cina melemah 0,25%, baht Thailand 0,15%, dolar Taiwan 0,17% dan dolar Hong Kong 0,02%. Sebaliknya, beberapa mata uang Asia lainnya menguat. Yen Jepang terapresiasi 0,45% bersama dolar Singapura 0,04%, won Korea Selatan 0,12%, peso Filipina 0,24% , rupee Ineia 0,16% dan ringgit Malaysia 0,43%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan menguat terimbas rilis data pertumbuhan ekonomi AS semalam yang sedikit meredakan kekhawatiran resesi. Rupiah diramal menguat ke rentang Rp 14.900-Rp 14.880, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.000 per dolar AS.
Perekonomian AS pada kuartal empat 2022 berhasil tumbuh 2,9% secara tahunan, melambat dari kuartal sebelumnya 3,2%. Namun kinerja ini lebih tinggi dari perkiraan pasar seperti dikutip dari Revenitif yang akan tumbuh 2,6%.
"Sentimen positif pasar terhadap aset berisiko setelah data PDB AS Q4 mengindikasikan potensi resesi berkurang di AS," kata Ariston dalam catatannya, Jumat (27/1).
Pasar juga menantikan pertemuan pembuat kebijakan bank sentral AS, The Fed pekan depan yang diperkirakan kembali melonggarkan kenaikan suku bunganya. Mayoritas pasar memperkirakan bunga The Fed hanya akan naik 25 bps. Sentimen ini, kata Ariston, akan menjaga potensi penguatan rupiah.
Sebaliknya, analis DCFX Lukman Leong memperkirakan data pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan di AS akan menekan rupiah. Ia memperkirakan rupiah akan melemah dengan bergerak di rentang Rp 14.900-Rp 15.000 per dolar AS.
"Namun pelemahan rupiah akan terbatas, dengan investor masih menantikan data penting AS lainnya malam ini yaitu inflasi PCE," kata Lukman dalam catatannya.