Target Ekonomi di Tahun Terakhir Jokowi: Pertumbuhan Capai 5,7%
Pemerintah menyatakan 2024 menjadi tahun yang krusial dalam menghadapi bonus demografi. Selain itu, tahun depan akan menjadi momentum Indonesia untuk lepas dari status negara berpendapatan menengah atau middle income trap.
Oleh karena itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan konsumsi dan investasi menjadi kunci pada 2024. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi pada 2024 ada di rentang 5,3 persen sampai 5,7 persen. Untuk diketahui, 2024 merupakan tahun terakhir Presiden Joko Widodo menjabat.
"Strategi yang mendorong pertumbuhan perekonomian yaitu langkah antisipatif agar ekonomi tetap resilient (tangguh)," kata Airlangga di Kompleks Istana Merdeka, Senin (20/4).
Airlangga memprediksi inflasi pada 2024 dapat ditekan maksimal hingga menjadi 1,5 persen atau setidaknya menjadi 3,5 persen. Sebagai informasi, inflasi per Desember 2022 adalah 5,51 persen atau naik dari posisi November 2022 sebesar 5,42 persen.
Nilai tukar Rupiah akan berada di kisaran Rp 14.800 - Rp 15.400 per Dolar Amerika Serikat. Pada akhir 2022, Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah mencapai Rp 15.592 per Dolar Amerika Serikat.
Sementara itu, suku bunga acuan akan berada di rentang 6,5-7,4 persen. Pada akhir tahun lalu, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan dari 5,25 persen menjadi 5,5 persen.
Pemerintah akan mengimplementasikan tiga aturan agar target tersebut tercapai. Aturan yang dimaksud adalah Peraturan Pengganti Undang-Undang atau Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, UU Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, dan UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Di bidang minyak dan gas bumi, Airlangga meramalkan harga minyak dunia pada 2024 mencapai US$ 75 - US$ 85 per barel, lifting minyak di dalam negeri sebanyak 592.000-691.000 barel per hari, dan lifting gas sebanyak 1 juta sampai 1,05 juta per mmscfd.
Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2024 maksimal 2,16 persen atau setidaknya 2,64 persen. Target maksimal tersebut lebih kecil dari target defisit APBN 2023 sebesar 2,38 persen.
Sebagai informasi, defisit anggaran tahun lalu sebesar Rp 464,3 triliun, atau 2,38% PDB. Realisasinya jauh lebih kecil dari target sebesar 4,85% seiring penerimaan negara yang moncer berkat harga komoditas, pemulihan ekonomi serta implementasi beleid baru perpajakan.
Pemerintah menargetkan defisit anggaran tahun ini sebesar Rp 598,2 triliun atau 2,84% dari PDB. Targetnya memang lebih tinggi dari realisasi tahun lalu, namun target tersebut memang disusun pada pertengahan tahun lalu.