Tiga Bank di AS Kolaps, Apakah Krisis Finansial Global di Depan Mata?

Agustiyanti
14 Maret 2023, 16:30
Silicon Valley Bank, bank gagal, krisis finansial
Enterpreneur
Regulator AS menutup Silicon Valley Bank pada akhir pekan lalu.

Namun demikian, kekhawatiran tentang stabilitas sektor perbankan juga berkurang karena reformasi peraturan yang signifikan Analis Bankrate, Matthew Goldberg mengatakan, kehidupan masyarakat sehari-hari secara umum tidak akan terpengaruh. Namun, ini menjadi pengingat yang baik bagi masyarakat untuk tidak menempatkan uangnya di satu tempat. 

“Kegagalan bank pertama sejak 2020 adalah peringatan bagi orang-orang untuk selalu memastikan uang mereka ada di bank yang diasuransikan FDIC dan dalam batas FDIC serta mengikuti aturan FDIC,” kata Goldberg.

Bagaimana dampaknya ke Asia?

Paparan langsung terhadap risiko dari kegagalan AS  sejauh ini tampak tipis ke pasar Asia. Hirokazu Matsuno, juru bicara pemerintah Jepang, mengatakan kepada wartawan bahwa efek riak besar terhadap sistem keuangan Jepang tidak mungkin terjadi. Namun, kekhawatiran krisis keuangan di AS telah menyebabkan pasar saham di regional Asia pasifik anjlok pada perdagangan kemarin yang berlanjut hari ini, Selasa (14/3). 

Indeks Nikkei 225 Jepang pada perdagangan hari ini anjlok 2,19%, demikian pula indeks Kospi di Korsel -2,56%, Hang Seng -2,27%, dan IHSG -2,14%. Penurunan lebih kecil terjadi pada Indeks Shanghai Composite yakni -0,7% dan Strait Times 0,06%. 

Wesley Zheng, salah satu pendiri dan CEO Posh Robotics, yang bekerja untuk mengembangkan baterai berkelanjutan menyatakan akan memindahkan dananya US$4 juta dari Silicon Valley Bank ke JPMorgan Chase.

“Jangan ada lagi bank kecil. Kami memiliki begitu banyak hal lain yang sedang kami kerjakan, kami tidak ingin khawatir tentang mencari tahu manajemen risiko bank yang bekerja sama dengan kami, ”katanya.

Pakar kebijakan perbankan di Cato Institute Norbert Michel mengatakan , tindakan pemerintah menunjukkan bahwa mereka akan mendukung semua simpanan jika hal itu diperlukan untuk mencegah kerusakan pada ekonomi yang lebih luas.

"Tidak peduli seberapa khusus atau terisolasinya bank Anda, jika ada risiko penularan, regulator telah menjelaskan bahwa mereka akan melakukan intervensi,” kata Norbert Michel.

Di tengah aksi penarikan dana oleh deposan dan jual saham di bank menengah, investor tetap relatif tenang atas kesehatan bank-bank besar di AS, seperti Citigroup, Bank of America, dan Wells Fargo. Investor rupanya menyimpulkan bahwa satu-satunya tempat yang aman di perbankan adalah menyimpan di bank yang memiliki pengaturan  paling ketat.

Saham di JPMorgan Chase, bank terbesar di AS dengan aset lebih dari US$3 triliun turun 1,8% pada perdagangan kemarin, jauh lebih moderat dibandingkan bank-bank menengah lainnya. Bank daerah dianggap paling berisiko, karena mereka tidak memiliki skala untuk bersaing dengan pesaing yang lebih besar. 

Regulator internasional juga turun tangan untuk meredakan ketakutan pasar. Bank of England dan U.K. Treasury mengatakan mereka memfasilitasi penjualan anak perusahaan Silicon Valley Bank di London ke HSBC, bank terbesar di Eropa. Kesepakatan itu melindungi deposan dengan dana 6,7 miliar pound atau US$ 8,1 miliar.

Regulator AS juga telah memastikan deposan di Silicon Valley Bank dan Signature Bank dapat mengakses uang mereka. Sementara Program Fed yang baru akan memungkinkan bank untuk menjadi sekuritas berkualitas tinggi tertentu sebagai jaminan dan meminjam dari dana darurat pemerintah.

Departemen Keuangan AS saat ini telah menyisihkan US$25 miliar untuk mengimbangi kerugian. Namun, pejabat The Fed mengatakan,  tak berharap dana tersebut harus menggunakan uang itu, mengingat sekuritas yang ditempatkan sebagai jaminan memiliki risiko gagal bayar yang sangat rendah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...