Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Diprediksi Melambat karena Ekspor Lesu
Pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini diperkirakan tidak setinggi kuartal sebelumnya. Konsumsi masyarakat memang masih akan menopang pertumbuhan dengan adanya momentum lebaran, tetapi ekspor makin lesu karena penurunan harga komoditas.
Beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan di bawah 5%, lebih rendah dari kuartal pertama tahun ini sebesar 5,03%. BPS akan mengumumkan realisasi pertumbuhan tersebut siang ini pukul 11.00 WIB.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 sebesar 4,95% secara tahunan. Namun demikian, pertumbuhan secara kuartalan lebih tinggi yakni sebesar 3,65% dari kuartal pertama minus 0,92%.
David menilai belanja masyarakat melambat dipengaruhi penurunan harga komoditas. Pertumbuhan konsumsi juga tidak terlalu signifikan karena sudah terjadi tahun lalu.
"Kredit dan uang beredar juga yang melambat. Tetapi pada Juli-Agustus penjualan mobil dan ritel mulai membaik," kata David dikutip Senin (7/8).
Investasi pada kuartal kedua ini juga dinilai masih tertahan, salah satunya karena perilaku wait and see jelang Pemilu 2024.
Senada dengan David, Kepala Ekonom BNI Sekuritas, Damhuri, memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua melambat ke 4,96%. Pertumbuhan masih akan ditopang konsumsi masyarakat yang lebih tinggi dari kuartal sebelumnya karena daya beli membaik dan adanya momentum lebaran.
Namun, perlambatan pada kuartal kedua dipengaruhi karena belanja pemerintah. Dari sisi investasi juga tidak begitu kuat karena lesunya aliran masuk modal asing, meski penanaman modal di dalam negeri membaik.
"Sumbangan net ekspor akan menurun sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekspor akibat penurunan volume permintaan dan harga komoditas unggulan ekspor Indonesia," kata Damhuri.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan juga melambat tetapi masih di 5%. Konsumsi masyarakat akan menjadi kunci pertumbuhan di tengah adanya momentum lebaran.
Investasi diperkirakan tumbuh 4,4%, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Namun investasi bangunan dan non bangunan diperkirakan tumbuh terbatas sejalan dengan penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia.
Belanja pemerintah tumbuh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya ditopang peningkatan belanja pegawai dan belanja modal. Sebaliknya, net ekspor akan melambat karena penurunan volume dan harga komoditas ekspor.
Berbeda dari ketiganya, ekonom senior Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan sedikit lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yakni di 5,04%. Hal ini didukung konsumsi masyarakat meningkat signifikan setelah berakhirnya Pandemi Covid-19, inflasi menurun, dan momentum lebaran.
Belanja pemerintah menurutnya kini berorientasi pada dukungan pertumbuhan ekonomi setelah program belanja khusus Covid-19 berakhir. Namun memang ia melihat investasi cenderung tertahan terutama di investasi bangunan.
"Kinerja net ekspor diperkirakan akan terpengaruh oleh penurunan aktivitas perdagangan dunia sejalan dengan risiko perlambatan ekonomi global," kata Faisal.
Sementara itu, Intenational Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi Indonesia tetap stabil hingga 2024.