Kemenkeu: Utang BUMN Karya Berisiko Rendah ke Bank BUMN pada 2024
Kementerian Keuangan memastikan risiko keuangan dari utang BUMN infrastruktur terhadap bank-bank pelat merah relatif rendah pada tahun depan. Penugasan pemerintah kepada sejumlah BUMN karya untuk membangun infrastruktur telah memicu kenaikan utang korporasi.
BUMN biasanya menarik pinjaman atau menerbitkan surat utang baru sebagai leveraging untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan infrastruktur. Salah satu sumbernya bisa melalui utang kepada bank-bank BUMN atau Himbara.
"Peningkatan nilai pinjaman BUMN infrastruktur dari perbankan untuk membangun proyek prioritas dan strategis nasional berpotensi memunculkan risiko penjalaran kepada sektor keuangan apabila BUMN infrastruktur mengalami gagal bayar atas kewajiban keuangan dari pinjaman," dikutip dari Buku II Nota Keuangan RAPBN 2024, Senin (21/8).
Risiko tersebut diukur menggunakan Altman Z-Score untuk memprediksi kemampuan bayar masing-masing BUMN kepada kreditur. Sementara itu, risiko keuangan perbankan diukur melalui monitoring kinerja keuangan, indikator gagal bayar utang, dan indikator operasi.
Seluruh indikator tersebut dibandingkan dengan kinerja perbankan nasional dan ketentuan yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui indikator tersebut, pemerintah bisa memantau secara dini risiko utang BUMN infrastruktur terhadap kesehatan keuangan BUMN perbankan.
Dari indikator tersebut, Kemenkeu menilai BUMN infrastruktur secara umum memiliki risiko keuangan yang berada pada ambang batas aman pada tahun ini. Namun, terdapat beberapa BUMN yang memang masih membutuhkan dukungan pemerintah.
Asesmen Kemenkeu juga menunjukkan bahwa walaupun risiko keuangan pada BUMN infrastruktur dapat terdampak dari struktur permodalan yang ditopang oleh meningkatnya pinjaman. Tetapi pendapatan pada BUMN infrastruktur dinilai mulai mengalami perbaikan.
"Proyeksi risiko penjalaran kepada BUMN perbankan tahun 2024 tergolong relatif rendah," dikutip dokumen tersebut.
Risiko yang rendahpada tahun depan terutama didukung dari indikator kesehatan BUMN perbankan yang jauh di atas regulasi perbankan ketika dilakukan guncangan atau shock terhadap BUMN infrastruktur. Indikator kesehatan itu terutama tercermin dari sisi rasio kecukupan modal dan rasio kredit macet yang terjaga.
Meski demikian, Kemenkeu melihat secara umum BUMN infrastruktur akan menghadapi peningkatan risiko pada tahun depan. Risiko tersebut terutama berasal dari peningkatan tensi geopolitik, inflasi global yang persisten dan berlanjutnya penguatan dolar AS.
Kemenkeu melihat pendapatan beberapa BUMN infrastruktur sebetulnya berangsur pulih pada awal tahun ini dan kembali meningkat seperti pendapatan pada saat sebelum pandemi. Namun, beberapa BUMN khususnya konstruksi masih dalam proses pemulihan keuangan.