Bank Dunia Puji Pengentasan Kemiskinan di ASEAN Jauh Lebih Baik
Bank Dunia atau World Bank melihat upaya yang dilakukan oleh negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN dalam mengatasi kemiskinan terbilang lebih baik jika dibandingkan wilayah lainnya. Bahkan saat pandemi Covid 19 dan banyak pelemahan terjadi, ASEAN tetap dapat bertahan dengan baik.
Presiden World Bank Ajay Banga menyampaikan, dalam mengatasi kemiskinan dalam 30 hingga 40 tahun terakhir di seluruh dunia sangat mengesankan. Ia melihat penciptaan lapangan kerja baru menjadi salah satu upaya pemberantas kemiskinan. Namun kini terdapat permasalahan baru lagi yang dihadapi oleh dunia, yakni perubahan iklim.
“Kenyataannya, kita harus mengentaskan kemiskinan dengan visi untuk menciptakan dunia yang bebas dari kemiskinan namun tetap dalam planet yang layak huni,” ujar Ajay dalam plenary session on three sub-themes of AIPF, di Jakarta, Selasa (5/9).
Ia menyebutkan, dibutuhkan sekitar US$ 1 triliun per tahunnya untuk berinvestasi dalam energi terbarukan atau renewable energy di seluruh dunia.
Namun ia mengatakan bahwa uang sebanyak itu tidak tersedia dalam neraca keuangan Bank Dunia ataupun negara lainnya. Dana tersebut juga tidak tersedia oleh pemerintah maupun para filantropi.
“Kita membutuhkan triliunan dolar per tahun untuk diinvestasikan hanya pada energi terbarukan untuk mengubah waktu dalam beberapa dekade mendatang,” ujar Ajay.
Maka dari itu, dibutuhkan kerja sama antara berbagai pihak. Seperti bank-bank dunia, pemerintah, bahkan perusahaan swasta.
“Sekarang, Inter-American Development Bank dan Bank Dunia bekerja sama, maka akan ada dua pihak yang bertanggung jawab. Kami perlu bekerja sama dengan Asian Development Bank, African Development Bank, dan yang paling penting dengan sektor swasta juga, untuk membawa uang ini masuk,” katanya.
Ajay menjelaskan dalam kesepakatan G20 pun, negara-negara yang tergabung telah menyusun kerangka kerja sama untuk melihat sistem kecukupan modal di bank yang cocok.
Seperti equity loan ratio, hybrid capital atau portfolio guarantees, serta pendanaan dari concessional capital.
“Agar negara-negara dapat menggunakan sumber daya untuk masalah yang tepat. Semua itu adalah bagian dari apa yang kami (World Bank) lakukan,” katanya.