Bank Dunia Beri Pinjaman Rp 6 Triliun untuk Restorasi Mangrove RI

Amelia Yesidora
4 September 2023, 15:41
Kunjungan Presiden Bank Dunia Ajay Banga (tengah) ke Teluk Naga, Tangerang, Senin (4/9). Ia berdiskusi dengan Nini (kanan), salah satu penerima manfaat program rehabilitasi mangrove di Teluk Naga, Tangerang.
Katadata/Amelia Yesidora
Kunjungan Presiden Bank Dunia Ajay Banga (tengah) ke Teluk Naga, Tangerang, Senin (4/9). Ia berdiskusi dengan Nini (kanan), salah satu penerima manfaat program rehabilitasi mangrove di Teluk Naga, Tangerang.

Bank Dunia akan memberikan pinjaman US$ 400 juta atau sekitar Rp 6,09 triliun dan hibah US$ 19 juta atau sekitar Rp 289,6 miliar. Bantuan tersebut untuk rehabilitasi dan restorasi mangrove bagi penduduk sekitar, terkait program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR).

“Ini masih tahap awal,” kata Banga saat mengunjungi Desa Muara, Teluk Naga, Tangerang, Senin (4/9). “Anda akan melihat Bank Dunia berpartisipasi lebih aktif di bidang mangrove.”

Lelaki asal India itu mengatakan hutan bakau atau mangrove penting tidak hanya bagi lingkungan tapi juga bagi kesejahteraan hidup warga sekitar. Dalam kunjungannya, Banga bertemu dengan tiga warga yang mendapat penghasilan tambahan dengan ekosistem mangrove. 

Nini (49), misalnya, ia memperoleh tambahan uang Rp 800 ribu dari penjualan bibit mangrove. Perempuan ini sehari-harinya keluar masuk hutan untuk menjual 50 hingga 60 bibit per harinya. 

“Yang beli banyak, biasanya mahasiswa, lembaga yang mau tanam mangrove, dan lainnya. Lumayan lah, tambah pendapatan,” ujarnya saat ditemui di Teluk Naga.

Bertambahnya pohon mangrove di kawasan Teluk Naga juga menambah pemasukan David. Nelayan dan petambak ikan ini biasanya menangkap berbagai macam ikan di pesisir.

Namun, kini tangkapannya bertambah menjadi kepiting di kawasan mangrove. “Bisa nambah 20%-lah pendapatannya. Pengeluaran untuk pakan ikan pun berkurang karena mangrove memberi makanan alami bagi ikan” ucap David. 

Presiden Bank Dunia Ajay Banga
Presiden Bank Dunia Ajay Banga (Katadata/Amelia Yesidora)

Proyek M4CR Bank Dunia

Kaum ibu di sekitar pun membentuk asosiasi pengusaha yang dipimpin Alpiah. Awalnya ia tinggal di Muara Gembong, Bekasi. Karena abrasi mulai menggerus daerah tersebut, ia mulai menanam mangrove sejak 2013.

Sejak saat itu, ia mulai mengolah mangrove menjadi sirup, peyek, odol, hingga batik. “Batik ini diwarnai pakai mangrove jenis Rizophora. Khusus batik, kami sudah mulai produksi setahun terakhir,” katanya.

Sembari  memantau perkembangan proyek M4CR, Presiden Bank Dunia juga mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia dengan target rehabilitasi 600 ribu hektare lahan mangrove pada 2024. Di tahap awal, ada empat provinsi yang menjadi fokus utama yakni Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan Riau.

“Saya senang bagaimana perempuan yang menjadi kepala asosiasi ini dan sekarang berbicara pada kita semua. Ini berarti mangrove bisa menambah pemasukan dan memberdayakan perempuan,” ujar Banga. 

Proyek M4CR sendiri telah disetujui oleh Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia sejak 20 Mei 2022 lalu. Tujuannya adalah mendukung pemerintah Indonesia meningkatkan pengelolaan mangrove serta mengembangkan mata pencaharian masyarakat.

Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...