The Fed Gagal Taklukkan Inflasi, Kenaikan Suku Bunga Akan Berlanjut?
Inflasi AS pada bulan September mencapai 0,4% secara bulanan, atau 3,7 % secara tahunan. Angka Inflasi tersebut berada di atas ekspektasi pasar dan analis.
Biro Statistik Tenaga Kerja As menyatakan inflasi disebabkan karena harga gas dan biaya sewa yang tetap tinggi. Namun, Indeks Harga Konsumen terbaru juga menunjukkan bahwa indikator inflasi tertentu berada pada titik terendah dalam lebih dari dua tahun.
Indeks Harga Konsumen tahunan (year on year) sebesar 3,7% di atas ekspektasi para ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 3,6%. Sementara secara bulanan (month to month), harga tumbuh 0,4%, berada di atas perkiraan Refinitiv sebesar 0,3%.
Namun, data inflasi juga menunjukkan kemajuan yang menggembirakan pada bidang-bidang yang akan disoroti oleh pemrintah AS dan juga Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Inflasi harga pangan berada pada tingkat terendah sejak Maret 2021, menyamai inflasi secara keseluruhan sebesar 3,7%. Data CPI menunjukkan bahwa ini adalah pertama kalinya sejak awal tahun 2022 harga pangan tidak melampaui inflasi secara keseluruhan. Sementara kenaikan harga bahan makanan bahkan lebih rendah lagi, yaitu sebesar 2,4% per tahun.
Selain itu, tren inflasi bergerak ke arah yang diinginkan The Fed, yang sebelumnya agresif menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi sejak Maret 2022.
Suku Bunga The Fed Akan Naik?
Sementara itu, The Fed menargetkan tingkat inflasi mencapai 2%, yang diukur dengan indeks harga inti Pengeluaran Konsumsi Pribadi. Dengan demikian, inflasi September masih jauh melebihi target Bank Sentral AS tersebut.
Namun, inflasi terus turun sejak Agustus 2023 yang mencapai 3,9%. “The Fed ingin melihat inflasi yang lebih rendah setidaknya dalam enam bulan sebelum menyatakan kemenangannya,” kata Julia Pollak, kepala ekonom di pasar kerja online ZipRecruiter, dikutip dari CNN, Jumat (13/10).
Federal Reserve Bank of Boston President, Susan Collins, mengatakan data inflasi terbaru menggarisbawahi kemajuan yang tidak merata dalam memulihkan stabilitas harga. Data itu menegaskan kembali pandangannya bahwa bank sentral mungkin harus menaikkan suku bunga lagi untuk mengembalikan tekanan harga ke target 2%.
“Saya yakin kita mungkin berada pada, atau sangat dekat, puncak siklus (kenaikan suku bunga), meskipun saya belum akan melakukan pengetatan lebih lanjut,” kata Collins dikutip dari Reuters.
Dia memperkirakan akan ada satu kenaikan lagi kenaikan suku bunga tahun ini menjadi sebesar 5,25%-5,5%. Hal itu sesuai dengan pandangan mayoritas Komite The Fed dalam pertemuan terakhir pada September lalu.
Melansir Reuters, pasar juga melihat peluang yang lebih besar bagi Federal Reserve untuk kembali menaikkan suku bunganya pada tahun ini, setelah data inflasi dirilis. Namun, sebagian tetap optimistis bahwa The Fed belum akan menaikkan suku bunganya pada pertemuan selanjutnya.