KSSK: Sistem Keuangan Indonesia Masih Terjaga Tapi Tetap Waspada
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan stabilitas sistem keuangan Indonesia pada kuartal ketiga 2023 masih terjaga. Kondisi perekonomian domestik masih berdaya tahan di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
“Perkembangan ini seiring dengan kondisi perekonomian dan sistem keuangan domestik yang resilience dan didukung koordinasi KSSK yang terus diperkuat." ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jumat (3/11).
Ia menyampaikan hal itu berdasarkan hasil rapat koordinasi KSSK ke-IV 2023, Komite ini terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
KSSK berkomitmen untuk melanjutkan penguatan koordinasi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan risiko global ke depan. Hal ini termasuk dampaknya pada perekonomian dan sektor keuangan domestik.
Pada sisi lain, Sri Mulyani mengatakan KSSK akan melanjutkan penguatan koordinasi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan risiko global ke depan.
Dua negara dengan perekonomian terbesar dunia, yaitu Cina dan Amerika Serikat, saat ini mengalami perlambatan ekonomi. Tiongkok tertimpa krisis utang yang terjadi pada perusahaan properti. Sedangkan AS sedang menerapkan kebijakan moneter yang ketat dengan kenaikan suku bunga acuan.
Lalu ditambah lagi kini terjadi pula perang besar antara Ukraina vs Rusia dan Israel vs Hamas. Semua kondisi itu berdampak negatif terhadap perekonomian dunia. Badan Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia telah memperkirakan akan terjadi perlambatan ekonomi global pada 2024.
Dampaknya sudah terasa hingga ke Indonesia. Aktivitas ekspor nasional mengalami perlemahan. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi ke depan diperkirakan tetap terjaga kuat pada tingkat 5,1% di tahun 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada September 2023 mencetak surplus sebesar US$3,42 miliar pada September 2023. Angka ini naik 9,6% dari bulan sebelumnya (month-on-month/mom).
Kondisi surplus telah terjadi selama 41 bulan berturut-turut atau sejak Mei 2020. Namun, surplus September 2023 anjlok 31% dari periode tahun sebelumnya.
Perdagangan RI terutama ditopang dari nonmigas sebesar US$ 5,34 miliar. Komoditas penyumbang surplus utama yaitu bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi baja.