Utang Naik, Bank Dunia Ingatkan Negara Berkembang Bisa Terancam Krisis

 Zahwa Madjid
Oleh Zahwa Madjid - Ferrika Lukmana Sari
28 Desember 2023, 11:49
utang
pixabay.com
Ilustrasi: negara berkembang

Bank Dunia atau World Bank memberikan peringatan untuk negara-negara berpendapatan rendah dan menengah atau low income dan middle class countries. Hal ini disebabkan oleh peningkatan utang di negara berkembang yang makin menggunung.

Dalam Laporan Utang Internasional 2023, World Bank mencatat negara berpendapatan menengah dan rendah telah mengeluarkan dana sebesar US$ 443,5 miliar atau setara Rp 6.835 triliun (kurs: Rp 15.411/US$) untuk membayar utang publik eksternal dan jaminan publik mereka.

Bank Dunia melaporkan, bahwa pembayaran utang ini untuk memenuhi kebutuhan belanja negara dari bidang kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan penting lainnya karena anggaran pemerintah yang terbatas.

Bahkan pembayaran atas utang pemerintah dan utang yang dijamin publik diproyeksikan akan meningkat sebesar 10% di semua negara berkembang selama periode 2023-2024 dan hampir 40% untuk negara-negara berpenghasilan rendah.

“Negara-negara yang memenuhi syarat untuk meminjam dari Asosiasi Pembangunan Internasional atau International Development Association (IDA) kemungkinan akan menghadapi kesulitan di tahun-tahun mendatang,” ujar Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia, Indemit Gill, dalam Laporan Utang Internasional 2023, dikutip Kamis (28/12).

Hal ini disebabkan pembayaran bunga atas total utang luar negeri telah meningkat empat kali lipat sejak tahun 2012, mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar US$ 23,6 miliar.

“Pembayaran ini menghabiskan bagian pendapatan ekspor yang semakin besar, sehingga beberapa negara hanya berjarak satu guncangan dari krisis utang. Lebih dari sepertiga utang ini melibatkan suku bunga variabel yang bisa naik secara tiba-tiba,” ujarnya.

Ketika negara-negara ini bergulat dengan serangkaian kondisi ekonomi yang tidak stabil, Gill memperkirakan kelompok masyarakat termiskin akan berada risiko yang besar yakni masuk ke dalam jurang krisis utang.

"Dalam tiga tahun terakhir, jumlah gagal bayar utang negara, melonjak menjadi 18. Melampui dua dekade sebelumnya. Bagi masyarakat termiskin, utang menjadi beban, 28 negara mengalami kesulitan utang," kata Gill.

Halaman:
Reporter: Zahwa Madjid
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...