Utang Naik, Bank Dunia Ingatkan Negara Berkembang Bisa Terancam Krisis
Bank Dunia atau World Bank memberikan peringatan untuk negara-negara berpendapatan rendah dan menengah atau low income dan middle class countries. Hal ini disebabkan oleh peningkatan utang di negara berkembang yang makin menggunung.
Dalam Laporan Utang Internasional 2023, World Bank mencatat negara berpendapatan menengah dan rendah telah mengeluarkan dana sebesar US$ 443,5 miliar atau setara Rp 6.835 triliun (kurs: Rp 15.411/US$) untuk membayar utang publik eksternal dan jaminan publik mereka.
Bank Dunia melaporkan, bahwa pembayaran utang ini untuk memenuhi kebutuhan belanja negara dari bidang kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan penting lainnya karena anggaran pemerintah yang terbatas.
Bahkan pembayaran atas utang pemerintah dan utang yang dijamin publik diproyeksikan akan meningkat sebesar 10% di semua negara berkembang selama periode 2023-2024 dan hampir 40% untuk negara-negara berpenghasilan rendah.
“Negara-negara yang memenuhi syarat untuk meminjam dari Asosiasi Pembangunan Internasional atau International Development Association (IDA) kemungkinan akan menghadapi kesulitan di tahun-tahun mendatang,” ujar Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia, Indemit Gill, dalam Laporan Utang Internasional 2023, dikutip Kamis (28/12).
Hal ini disebabkan pembayaran bunga atas total utang luar negeri telah meningkat empat kali lipat sejak tahun 2012, mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yakni sebesar US$ 23,6 miliar.
“Pembayaran ini menghabiskan bagian pendapatan ekspor yang semakin besar, sehingga beberapa negara hanya berjarak satu guncangan dari krisis utang. Lebih dari sepertiga utang ini melibatkan suku bunga variabel yang bisa naik secara tiba-tiba,” ujarnya.
Ketika negara-negara ini bergulat dengan serangkaian kondisi ekonomi yang tidak stabil, Gill memperkirakan kelompok masyarakat termiskin akan berada risiko yang besar yakni masuk ke dalam jurang krisis utang.
"Dalam tiga tahun terakhir, jumlah gagal bayar utang negara, melonjak menjadi 18. Melampui dua dekade sebelumnya. Bagi masyarakat termiskin, utang menjadi beban, 28 negara mengalami kesulitan utang," kata Gill.
Utang Naik Akibat Suku Bunga
Tak hanya itu, negara-negara berkembang tersebut juga menghadapi masalah akibat kenaikan harga energi, kenaikan suku bunga dan gejolak geopolitik. Misalnya saja, suku bunga yang tinggi, membuat negara-negara itu membayar pokok, bunga dan biaya yang lebih tinggi.
"Dampaknya tidak akan kecil, dan negara-negara miskin akan membutuhkan lebih banyak bantuan global untuk meringankan utang mereka sekarang," ujarnya.
Ketika suku bunga naik, kreditor-kreditor swasta dari negara maju akan menarik diri dari negara-negara berkembang. Mereka menarik pembayaran pokok sebesar US$ 185 miliar lebih banyak dari yang dicairkan dalam bentuk pinjaman.
Mengantisipasi hal itu, negara-negara miskin mengandalkan kreditor multilateral sebagai sumber utama pendanaan baru pada 2022. Melalui International Development Association (IDA), Bank Dunia telah memberikan tambahan pembiayaan baru US$ 16,9 miliar.
"Bank Dunia juga mengucurkan dana hibah US$ 6,1 miliar, naik tiga kali lipat dibandingkan 2012. Selama sisa dekade ini, informasi data utang publik tetap menjadi penting menuju peminjaman berkelanjutan seperti yang terjadi 50 tahun lalu," kata dia.
Utang Indonesia
Melansir data Kementerian Keuangan, per 30 November 2023 posisi utang Indonesia mencapai Rp 8.041 triliun dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 38,11%.
Sebanyak 88,61% komposisi utang merupakan dari Surat Berharga Negara (SBN) atau sekitar Rp 7.124 triliun dan 11,39% dari pinjaman atau sekitar Rp 916,03 triliun. Nilai rasio utang tersebut lebih rendah dibandingkan akhir 2022 dan masih di bawah batas aman 60% PDB sesuai UU Nomor 17/2003.
“Pengelolaan utang pemerintah melalui penerbitan SBN mendukung pengembangan dan pendalaman pasar keuangan domestik, inklusi keuangan, serta peningkatan literasi keuangan masyarakat dari savings society menjadi investment society,” dalam APBN KiTa Edisi Desember 2023 dikutip Kamis (28/12).