Laju Rupiah Diramal Melemah, Investor Tunggu Pemilu dan Data Inflasi
Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat 0,26% ke level 15.594 pada awal perdagangan Selasa (13/2). Menjelang hari pemungutan suara pada pemilihan umum serentak besok, Rabu (14/2) rupiah diperkirakan bergerak datar cenderung melemah.
Analis pasar uang Lukman Leong mengatakan para investor cenderung masih akan tunggu dan melihat penyelenggaran pemilihan presiden 2024.
“Tak hanya itu, para investor juga menantikan data inflasi AS malam ini dan data indeks kepercayaan konsumen Indonesia pagi ini,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Selasa (13/2).
Beberapa mata uang Asia bergerak menguat terhadap dolar AS. Melansir Bloomberg, baht Thailand menguat 0,14%, ringgit Malaysia menguat 0,03%, yuan Cina menguat 0,04%, peso Filipina menguat 0,08%, dan rupee India menguat 0,04%.
“Dolar terlihat konsolidasi dan sedikit melemah oleh revisi data inflasi AS, namun investor masih cenderung wait and see menantikan data inflasi AS malam ini,” ujarnya.
Meansir Reuters, masyarakat AS melihat prospek inflasi yang cukup stabil pada awal tahun, karena ekspektasi jangka menengah kembali ke tingkat sebelum pandemi virus corona melanda, di tengah penurunan signifikan dalam proyeksi kenaikan sejumlah bidang belanja utama.
Bank sentral AS, The Federal Reserve Bank of New York mengatakan pada hari Senin dalam Survei Ekspektasi Konsumen bulan Januari, memproyeksikan inflasi satu tahun dan lima tahun dari sekarang tidak berubah pada angka masing-masing 3% dan 2,5%. Sementara proyeksi kenaikan inflasi tiga tahun mulai sekarang turun menjadi 2,4%, terendah sejak Maret 2020, dari 2,6% di bulan Desember.
Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang 15.550-15.650.
Analis pasar uang Ariston Tjendra menilai menjelang rilis data Inflasi konsumen AS untuk bulan Januari nanti malam, rupiah bisa bergerak melemah terhadap dolar AS hari ini.
Data inflasi konsumen ini bisa mengubah ekspektasi pasar soal waktu pemangkasan suku bunga acuan AS tahun ini. Messi Konsensus pasar memperlihatkan ada kenaikan inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya, pelaku pasar mewaspadai hasil yang lebih tinggi dari perkiraan.
“Bila hasilnya menunjukkan angka yang lebih tinggi, pasar akan berekspektasi pemangkasan akan dilakukan lebih lama lagi dan dollar AS bisa menguat lagi,” ujar Ariston kepada Katadata, Selasa (13/2).
Selain itu pasar mungkin juga mengambil sikap wait and see menanyakan hasil hitung cepat pemilu. “Sikap ini bisa mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar AS,” ujar Ariston.
Dia memperkirakan, mata uang garuda berpotensi melemah ke arah 15.630, dengan potensi support di kisaran 15.560.