Rupiah Kembali Melemah, Tertekan Inflasi AS dan Kebijakan The Fed
Mengawali pekan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,01% ke level Rp 15.623 pada Senin pagi (19/2). Pelemahan ini diakibatkan ekspektasi pasar terhadap inflasi dan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Analis pasar uang, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan dibuka datar dengan kecenderungan melemah terbatas. Hal ini disebabkan para investor yang masih masih menunggu dan mencermati hasil pemilihan presiden 2024.
“Dari sisi lain, dolar AS sendiri melemah setelah data properti yang lebih lemah dan indeks sentimen Michigan yang menurun, mengimbangi data PPI AS yang lebih tinggi,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (19/2).
Melansir Reuters, producer price index (PPI) atau harga produsen AS meningkat melebihi perkiraan pada periode Januari 2024 di tengah kenaikan biaya jasa seperti biaya rawat jalan rumah sakit dan manajemen portofolio, sehingga memicu kekhawatiran pasar keuangan bahwa inflasi akan meningkat setelah berbulan-bulan mengalami penurunan.
Peningkatan ini yang dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Jumat lalu. Ini merupakan inflsi tertinggi dalam lima bulan tersebut. Laporan tersebut juga menyusul kenaikan harga konsumen di atas ekspektasi dan mendorong pasar keuangan untuk mengurangi ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni 2024.
Data juga menunjukkan harga barang impor melonjak di bulan Januari. Namun beberapa ekonom memperingatkan agar tidak menyimpulkan bahwa inflasi kembali meningkat karena, pelaku bisnis biasanya menaikkan harga di awal tahun. Kenaikan harga ini mungkin lebih besar pada tahun ini karena dunia usaha berupaya untuk menutupi biaya tenaga kerja yang lebih tinggi pada tahun lalu.
Dengan kondisi tersebut, Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.550 - Rp 15.700 per dolar AS pada hari ini.
Pemilu Satu Putaran Beri Efek Positif ke Pasar
Senada, Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menilai pengaruh kebijakan moneter AS masih besar terhadap pergerakan rupiah. Efek pemilu satu putaran bahkan tertutupi oleh ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga The Fed.
“Pemilu satu putaran memberikan sentimen positif ke pasar keuangan Indonesia yang terlihat pada pergerakan positif IHSG pasca pemilu,” ujar Ariston.
Hasil data CPI dan PPI menunjukkan bahwa inflasi AS masih sulit turun ke arah target The Fed pada level 2%, yang bisa memberikan sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah atas dolar AS pada hari ini.
“Padahal data penjualan ritel AS bulan Januari menunjukkan penurunan. Seharusnya, bila demand turun, harga turun. Tapi malah sebaliknya. Hal Ini mendorong ekspektasi pasar bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuannya lebih lama lagi,” ujarnya.
Di sisi lain, dia berharap penguatan rupiah seiring dengan masuknya kembali dana asing pasca Pemilu ke pasar keuangan Indonesia. Hari ini, potensi penguatan rupiah ke arah Rp 15.580 per dolar AS, sementara potensi pelemahan ke arah Rp 16.650 per dolar AS.